Internasional

Peserta Program Penulisan Karya Turots Ilmiah Tiba di Maroko

Kamis, 17 Oktober 2024 | 22:00 WIB

Peserta Program Penulisan Karya Turots Ilmiah Tiba di Maroko

Para peserta penerima beasiswa nongelar Program Penulisan Karya Turots Ilmiah (KTI) saat tiba di Bandara Internasional Mohammed V, Maroko, Rabu (16/10/2024). (Foto: dok. istimewa)

Kenitra, NU Online

Para peserta penerima beasiswa nongelar dari Kementerian Agama (Kemenag) untuk mengikuti Program Penulisan Karya Turots Ilmiah (KTI) kini sudah tiba di Kenitra, Maroko.


Sebelumnya, mereka menerima pelepasan dan arahan dari Kemenag di Hotel Anara Jakarta, pada Selasa (15/10/2024). Mereka akhirnya tiba di Bandara Internasional Mohammed V, Maroko, pada Rabu (16/102024).


Rombongan KTI Maroko memulai perjalanan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada pukul 21.00 WIB. Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, mereka tiba di Bandara Internasional Istanbul, Turki, sekitar pukul 04.00 waktu setempat.


Di sana, rombongan memanfaatkan kesempatan untuk melaksanakan shalat Subuh bersama di salah satu masjid bandara yang megah, sebelum melanjutkan penerbangan menuju Maroko.


Perjalanan dilanjutkan menuju Maroko, dan rombongan akhirnya tiba di Bandara Internasional Mohammed V pada pukul 17.00 waktu setempat.


Setibanya di Maroko, rombongan disambut dengan hangat salah satu tokoh intelektual Maroko, Mohammad Abbas, yang didampingi oleh para mahasiswa dan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko.


Penyambutan berlangsung meriah, penuh keakraban dan antusiasme. Kehangatan budaya Maroko langsung terasa ketika berbagai makanan khas setempat, seperti harira, briwat, dan camilan manis lainnya, dihidangkan sebagai bentuk jamuan kepada rombongan.


Mohammad Abbas menyampaikan ucapan selamat datang yang tulus kepada seluruh anggota rombongan KTI. Dia juga menyampaikan harapan bahwa kunjungan ini akan menjadi awal dari kolaborasi intelektual yang lebih intens antara akademisi Indonesia dan Maroko, khususnya dalam pengkajian literatur keislaman klasik.


Marhaban bi Maghrib. (Selamat datang di Negara Maroko)," sambut Abbas, Mustasyar Markaz Inma lil Abhata wad Dirasah al-Mustaqbaliyah itu.


Setelah menyambut dan menjamu rombongan KTI Maroko, Abbas menyampaikan beberapa kalimat sambutan. Dia mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaannya atas kedatangan seluruh rombongan KTI dari Indonesia.


Abbas menekankan bahwa kunjungan ini merupakan momen yang sangat dinantikan, mengingat hubungan erat yang telah terjalin antara Indonesia dan Maroko dalam dunia keilmuan dan kebudayaan Islam.


Dia juga mengapresiasi upaya KTI dalam mengirimkan para penulis dan akademisi terbaiknya untuk mengikuti pelatihan intensif di Markaz Inma lil Buhuts, sebuah pusat penelitian yang telah lama dikenal sebagai tempat pengembangan intelektual Islam.


Pelatihan ini akan berlangsung selama tiga bulan dan diharapkan dapat memperkaya wawasan para peserta tentang metodologi penelitian, pemahaman terhadap turots ilmiah, serta memperkuat keterampilan kepenulisan mereka.


Abbas menyatakan bahwa kehadiran rombongan KTI dari Indonesia adalah sebuah kehormatan besar bagi pihaknya.


"Kami sangat senang dan bangga dapat menyambut saudara-saudara dari Indonesia. Pelatihan ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat bagi peserta, tetapi juga mempererat hubungan persaudaraan dan kolaborasi akademis antara kedua negara,” ujar Abbas dengan penuh antusias.


Dia juga menambahkan bahwa pihak Markaz Inma lil Buhuts akan memberikan dukungan penuh agar pelatihan berjalan lancar dan peserta dapat meraih hasil yang maksimal.


Abbas lalu mengajak seluruh peserta untuk memanfaatkan waktu di Maroko sebaik mungkin, tidak hanya dalam mengikuti pelatihan, tetapi juga untuk menjalin jaringan dengan para akademisi Maroko, serta memperdalam pemahaman tentang kekayaan intelektual dan budaya yang ada di negeri tersebut.


Sementara itu, Kiai Mamduh Tarmidzi, perwakilan rombongan KTI Maroko, menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus atas sambutan hangat dan jamuan istimewa yang diberikan.


Kiai Mamduh menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada Mohammad Abbas beserta seluruh tim dari PCINU Maroko yang telah menyambut kedatangan mereka dengan penuh keramahan.


Syukran katsir, terima kasih banyak atas semua sambutan ini,” ucap Kiai Mamduh dengan penuh rasa syukur.


Dia melanjutkan bahwa rombongan KTI akan berada di Maroko selama tiga bulan ke depan untuk mengikuti program pelatihan kepenulisan turots.


“Insyaallah kami akan berada di Maroko selama 3 bulan, untuk mendalami kepenulisan turots di bawah bimbingan Prof Mariam Ait Ahmed,” tambahnya.


Menurut Kiai Mamduh, kedatangan mereka ke Maroko bukan hanya sekadar perjalanan ilmiah, tetapi juga sebagai upaya memperkuat hubungan antara dua tradisi keilmuan besar, Indonesia dan Maroko, yang telah lama menjadi pilar dalam dunia keilmuan Islam.


Dia berharap bahwa dengan bimbingan dari Prof Mariam Ait Ahmed, seorang pakar dalam bidang turots, para peserta dapat memperoleh pengetahuan yang mendalam serta keterampilan yang lebih baik dalam memahami, menulis, dan menyebarluaskan karya-karya ilmiah klasik yang menjadi warisan intelektual Islam.


Ketua Ikatan Keluarga Nahdlatul Ulama (IKANU) Maroko Muhammad Iqbal turut menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam.


Secara khusus, Iqbal mengapresiasi Prof Mariam Ait Ahmed atas penerimaan hangat dan antusiasme tinggi yang ditunjukkan kepada rombongan KTI Maroko.


Iqbal mengungkapkan bahwa dukungan ini sangat berarti bagi mereka, mengingat Prof Mariam merupakan salah satu tokoh akademik terkemuka dalam bidang turots ilmiah di Maroko.


“Sebagai ungkapan awal, mari kita bersyukur kepada Allah dan bershalawat kepada Rasulullah,” ujar Iqbal memulai sambutannya dengan penuh khidmat.


"Juga, saya ingin menyampaikan terima kasih banyak kepada Prof Mariam Ait Ahmed yang telah dengan senang hati menerima kami dengan sangat antusias," tambahnya.


Menurut Iqbal, penerimaan ini merupakan bentuk kehormatan besar bagi rombongan KTI, mengingat kesempatan untuk dibimbing langsung oleh seorang pakar sekaliber internasional seperti Prof Mariam adalah pengalaman yang sangat berharga.


Dia berharap, pelatihan yang akan dijalani selama tiga bulan ke depan dapat membawa manfaat besar, tidak hanya bagi para peserta, tetapi juga bagi pengembangan literatur Islam di Indonesia.


Menurut Iqbal, kerja sama antara Maroko dan Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan dan kajian turots, merupakan sesuatu yang perlu terus dijaga dan diperkuat.


"Kami sangat menghargai kesempatan ini, dan berharap agar ke depan hubungan akademis dan kultural antara kedua negara ini bisa semakin erat,” harap Iqbal.