Prof Haris Ajak Muslim di Jerman Tingkatkan Kualitas Keislaman, Berikut Langkahnya
Senin, 25 Maret 2024 | 23:05 WIB
Jamaah Mushala ar-Raudlah Bremen Jerman menjelang berbuka puasa Jumat (22/03/2024) (Foto: dok istimewa)
Bremen, NU Online
Dalam acara dakwah di Jerman, Prof KH M Noor Harisudin berkesempatan memberikan ceramah menjelang berbuka puasa yang diselenggarakan oleh Keluarga Muslim Indonesia (KMI) Bremen, Jerman pada Jumat (22/3/2024).
Prof Haris menyampaikan bahwa seorang Muslim dianjurkan untuk senantiasa meningkatkan kualitas keislamannya. Termasuk Muslim Eropa agar terus meningkatkan kualitas tersebut.
Peningkatan kualitas seorang Muslim, lanjut Prof. Haris, dimulai dari komitmennya untuk terus menambah pengetahuan. "Ini yang disebut dengan knowing. Dimulai dari tahu dulu (knowing), Waman bighairi ‘ilmin ya’malu. A’maaluhu marduudatun la tuqbalu. Barangsiapa yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya ditolak dan tidak diterima," ujar Prof Haris mengutip Ibnu Ruslan dalam kitab Zubad.
Prof Haris menegaskan ilmulah yang menjadi fondasi keberislaman seseorang. Ilmu juga yang menjadi kebanggaan seorang Muslim, bukan pangkat, jabatan, kedudukan ataupun popularitas.
"La tafrahanna illa biziyaadati ‘ilmin wa ‘amalin shaalihin. Jangan kau bangga, kecuali karena ilmu dan amal shalih. Demikian pernyataan Imam al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah," tuturnya dalam kegiatan yang diselenggarakan di Mushala ar-Raudlah dan dihadiri puluhan Muslim berbagai negara seperti Indonesia, Jerman, Turki.
Kalau sudah ada ilmu, katanya, selanjutnya ilmu itu harus diamalkan.
Prof Haris mengatakan suatu saat, Kiai Hamid Pasuruan berhenti mengaji kitab kuning padahal baris kitab yang dibaca masih sedikit. Biasanya membaca 15 baris dan saat itu dibaca 4 baris. Biasanya Kia Hamid membaca kitab satu jam, tetapi saat itu hanya membaca kitab seperempat jam.
"Para jamaah heran. Mereka dari berbagai tempat, Pasuruan, Malang, Bangil, Surabaya, Jember dan sebagainya. Lalu sebagian santri senior berinisiatif untuk bertanya ke ndalem (rumah) Kiai Hamid, mengapa pengajian hari itu sebentar. Kiai Hamid mengatakan, bahwa dia tidak apa-apa. Hanya, beliau belum mengamalkan baris yang dibaca sehingga pengajian dihentikan dulu," kata Prof Haris yang juga Dewan Pakar Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur tersebut.
Setelah knowing, lanjut Prof Haris, adalah doing atau mempraktikkan ilmu yang diperoleh. Seperti yang dilakukan oleh seorang sahabat Rasulullah Saw, ketika disampaikan ayat Lan tanaalul birra hatta tunfiquu mimmaa tuhibbuun.
"Sekali-kali, kau tidak akan mendapat kebajikan hingga kau menginfakkan apa yang kau cintai. Sahabat ini berhari-hari tidak dapat tidur hingga ia akhirnya menemukan yang dicintainya pada Rasulullah Saw. Wahai Rasul, ini barang yang aku cintai. Kebun kurma. Aku berikan untuk dakwah dan syiar Islam," ujar Prof Haris.