Rafah, Perbatasan Gaza-Mesir Ditutup karena Alasan Keamanan
Jumat, 10 November 2023 | 12:30 WIB
Jakarta, NU Online
Perbatasan Rafah yang menjadi titik penghubung dari Mesir ke Gaza ditutup karena alasan keamanan pada Rabu (8/11/2023).
Meski tidak dijelaskan secara spesifik alasan keamanan yang dimaksud, Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Vedant Patel mengatakan AS kini tengah bekerja sama dengan Mesir dan Israel untuk membukanya kembali.
“Pemahaman kami adalah karena alasan keamanan, penyeberangan perbatasan Rafah tetap ditutup hingga hari ini,” dilansir dari Reuters, Kamis (9/11/2023).
Patel memperkirakan penyeberangan akan dibuka kembali secara berkala sehingga bantuan dapat masuk ke Jalur Gaza dan warga negara asing bisa dievakuasi.
Puluhan warga Palestina yang terluka dan pemegang paspor asing dievakuasi dari Jalur Gaza ke Mesir melalui perbatasan Rafah dalam beberapa hari terakhir, menurut sumber-sumber Palestina.
Perbatasan Rafah terletak di Sinai Mesir merupakan satu-satunya perbatasan antara Gaza dan Mesir. Letaknya di perbatasan selatan Gaza dengan Mesir, menjadikan Rafah sebagai titik fokus upaya penyaluran bantuan kemanusiaan, serta memungkinkan masuknya orang-orang yang terluka dan pemegang paspor asing.
Penyeberangan Rafah adalah satu-satunya perbatasan Gaza yang tidak dikelola langsung oleh Israel. Ini penting untuk kelangsungan hidup warga Gaza. Sejak tahun 2007, Israel telah memberlakukan blokade (melalui darat, laut dan udara) dan embargo terhadap Jalur Gaza. Hal ini menyusul penarikan mundur warga Israel dari Jalur Gaza pada tahun 2005 dan setelah Hamas memenangkan pemilu tahun 2006.
Dikutip dari Reuters, fungsi utama Rafah di masa lalu adalah sebagai tempat penyeberangan sipil dan tidak diperlengkapi untuk operasi bantuan skala besar.
Truk bantuan melewati gerbang perbatasan Mesir di Rafah sebelum menuju lebih dari 40 km (25 mil) ke penyeberangan Mesir-Israel di Al-Awja/Nitzana untuk diperiksa, sebagaimana disepakati dalam negosiasi dengan Israel. Truk-truk yang kembali ke Mesir dalam keadaan kosong, dan bantuan tersebut dimuat kembali ke truk-truk terpisah untuk dikirim ke Gaza.
Israel menolak mengizinkan bahan bakar masuk ke Gaza, dengan alasan bahan bakar tersebut dapat digunakan oleh kelompok Hamas untuk tujuan militer mereka.