Ratusan WNI di Sudan Dievakuasi ke Jeddah, akan Dipulangkan ke Indonesia Bertahap
Kamis, 27 April 2023 | 20:00 WIB
Proses evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) di Sudan menuju Jeddah sejak Ahad (23/4/2023). (Foto: KBRI Riyadh)
Kakarta, NU Online
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia telah mengevakuasi 577 Warga Negara Indonesia (WNI) yang dari Ibukota Sudan, Khartoum menuju Jeddah, Arab Saudi. Evakuasi dilakukan sejak Ahad (23/4/2023) melalui Kota Port, sebelum kemudian diberangkatkan dengan Kapal MV Amanah milik Pemerintah Arab Saudi. Ratusan WNI itu telah tiba di Jeddah pada Rabu (26/4/2023).
"Setiba di Jeddah, para WNI ini akan beristirahat dan akan dipulangkan secara bertahap ke Indonesia," kata Menlu RI Retno LP Marsudi melalui pers rilis pada Rabu (26/4/2023).
Retno menjelaskan bahwa evakuasi tahap pertama membawa 538 orang yang sudah berada di kota Port Sudan. Kemudian, terdapat tambahan 31 orang WNI yang tiba di Kota Port Sudan dari provinsi lain, sehingga total evakuasi pertama berjumlah adalah 569 orang.
"Dari 569 orang ini, 557 sudah melanjutkan perjalanan melalui laut ke Pelabuhan Jeddah dan telah tiba di Pelabuhan Jeddah pada hari ini (26/4) sekitar pukul 10.00 WIB," ujar Retno.
Sementara itu, 12 orang lainnya, yaitu 10 tim dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Khartoum tetap tinggal sementara di Kota Port Sudan untuk membantu evakuasi tahap kedua. Kemudian ada 2 WNI yang saat ini masih menunggu penyelesaian dokumen perjalanan.
Retno menyampaikan bahwa data awal jumlah WNI yang tercatat di KBRI Khartoum adalah 1.209 WNI. Namun, setelah dilakukan pemutakhiran data, total WNI yang dapat dikontak dan tercatat, jumlahnya adalah 937 WNI.
Jumlah yang sudah dievakuasi baik tahap 1 maupun tahap 2 adalah 897. Dari 897 WNI ini, 557 sudah tiba di Jeddah.
Kemudian, terdapat pula 15 WNI yang telah melakukan evakuasi secara mandiri. 25 WNI menyatakan tidak ikut evakuasi karena alasan keluarga. Sementara WNI lain sudah tidak berada di Sudan karena sudah kembali ke Indonesia, sedang pulang mudik, atau sedang menjalankan umroh di Saudi Arabia.
Sebagaimana diketahui, Khartoum memanas sejak pertengahan April akibat adanya kontak senjata antara Militer Sudan dan Paramiliter Sudan, yaitu Rapid Support Fources (RSF). Baku tembak antarkubu menghentikan segala aktivitas di pusat Negeri Dua Nil itu.
Hal tersebut membuat masyarakat kehabisan stok konsumsi, sedangkan mereka juga dalam kondisi berpuasa pada saat itu. Pendidikan pun terpaksa harus ditutup sementara. Praktis WNI yang mayoritas merupakan mahasiswa lebih banyak diam di rumah masing-masing dan menjauh dari jendela agar tidak terkena peluru nyasar.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Syamsul Arifin