Sepekan usai Ledakan Beirut, PM Lebanon Mengundurkan Diri
Selasa, 11 Agustus 2020 | 15:45 WIB
Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, mengundurkan diri sepekan setelah terjadi ledakan mematikan di Beirut pada 4 Agustus lalu. (Foto: Reuters)
Beirut, NU Online
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya pada Senin (10/8) waktu setempat. Langkah itu diambil setelah ribuan orang di Beirut menggelar aksi protes di jalan-jalan usia ledakan hebat di kota itu.
Dalam pidato pengundurannya, Diab menyatakan bahwa korupsi di Lebanon lebih besar dari pada negara. Menurutnya, ledakan besar yang meluluhlantahkan Beirut dan kemarahan publik disebabkan oleh korupsi yang sudah meluas. Dia menyerukan kepada mereka yang bertanggungjawab atas ledakan Beirut agar diadili.
Diab mengaku mengambil langkah mundur agar bisa berdiri bersama orang-orang dan memperjuangkan perubahan bersama mereka. Dia kemudian meminta agar pemilu parlemen dipercepat.
“Hari ini, saya menyatakan pengunduran diri dari pemerintah ini. Semoga Tuhan melindungi Lebanon," kata Diab, seperti diberitakan Aljazeera, Senin (10/8).
Pengunduran diri Diab diterima oleh Presiden Lebanon Michel Aoun. Aoun kemudian meminta agar pemerintah saat ini untuk tetap dalam kapasitas sebagai pengurus sampai pemerintah baru terbentuk. Ini adalah pemerintahan ketiga di bawah Aoun sejak dia terpilih pada 2016. Sebelum Diab, sejumlah pejabat (menteri, duta besar, dan beberapa anggota parlemen Lebanon) juga telah lebih mengundurkan diri dari posisinya, setelah terjadi ledakan di Beirut yang mematikan itu.
Sebagaimana diketahui, ketegangan memanas di Lebanon setelah terjadi ledakan besar di Beirut pada 4 Agustus lalu. Ledakan itu berasal dari sebuah gudang yang menyimpan 2.750 ton amonium nitrat. Menurut laporan terbaru, ledakan itu menewaskan sekitar 200 orang dan melukai 6.000 lainnya. Lebih dari itu, ledakan juga menghancurkan seluruh bangunan dan jendela, serta menyebabkan sekitar 300.000 orang di Beirut kehilangan tempat tinggalnya.
Ledakan di Beirut itu semakin menambah penderitaan rakyat Lebanon karena negeri itu juga tengah mengalami krisis ekonomi dan korupsi yang meluas.
Pewarta: Muchlishon
Editor: Kendi Setiawan