Internasional

Suasana Idul Fitri di Belanda

Rabu, 5 Juni 2019 | 06:35 WIB

Suasana Idul Fitri di Belanda

Penulis (paling kanan) bersama pengurus PCINU Belanda.

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. La Ilaha Illallahuallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Suara takbir menggema di Negeri Kincir Angin, Belanda. Negeri yang juga populer dengan sebutan Negeri Kanal, karena begitu banyak kanal yang indah berada di negara ini. Selain terkenal dengan Negeri Kanal, Belanda juga terkenal dengan negeri sepeda. Sepeda menjadi alat trasnportasi sehari-hari masyararat Belanda. Jumlah sepedanya yang mencapai 22 juta, lebih banyak dari jumlah penduduknya yang kisaran 17 jutaan. 

Negara Belanda 26 persen wilayahnya berada di bawah permukaan air laut, sehingga perencanaan kota dibuat sedemikian rupa dengan begitu banyak kanal. Kanal-kanal Amsterdam (Grachtengorderl) abad ke-17, dimasukkan ke dalam warisan dunia UNESCO pada tahun 2010. 

Malam 1 Syawal 1440 H dimulai sejak Senin malam Selasa. Perayaan Id ini berbeda dengan Idul Fitri di tanah air, sehari lebih cepat, sebagaimana juga di Arab Saudi. Di Indonesia Idul Fitri dirayakan pada Rabu, 5 Juni 2019, berdasar penetapan Isbat Kementerian Agama RI, juga hasil pantuan tim hilal Lembaga Falakiyah PBNU, karena ru'yah hilal tidak berhasil, sehingga puasa istikmal (genap 30 hari).

Suasana malam Idul Fitri di Masjid Al-Hikmah PS Indonesia Den Haag, usai buka bersama (bukber) ringan di hari ke-29 Ramadhan, dilanjutkan dengan Shalat Maghrib berjamaah. Suara takbir menggema di dalam ruangan ini tetapi tidak keras.

Suara takbir terus menggema di dalam ruangan masjid dengan suara sound system khusus dalam ruangan, sehingga suaranya terdengar lirih dari luar masjid.

Tidak seperti di tanah air, suara takbir Idul Fitri di Den Haag, juga di Rotterdam, dan Amsterdam, tidak disertai iringan suara beduk.

Saat Shalat Idul Fitri, saya didaulat untuk menjadi imam di sebuah mushala di Rotterdam. Mushala ini berbentuk flat, terdiri dari bagian. Lantai 1 untuk tempat shalat, dan lantai 2 untuk acara yang lainnya. Adapun bertindak sebagai khatib Id di mushalla ini KH Ishom, kiai senior, alumni Universitas Al-Azhar Mesir, dengan menggunakan bilingual, bahasa Indonesia dan Belanda. Shalat Id di tempat ini dilaksanakan sekitar jam 09.20 pagi CET. 

Baik di Masjid Al-Hikmah maupun di mushalla Rotterdam ini, sebelum Shalat Id dilaksanakan, suara takbir terus-menerus menggema. Tidak ada speaker yang didesain untuk terdengar keras di luar ruangan.

Di Masjid Al-Hikmah, Shalat Id dilaksanakan di dalam ruangan dan halaman masjid. Di masjid ini yang bertindak selaku imam dan khatib, dua orang student di Maroko asal tanah air. Bertindak sebagai imam Id, Ustadz Mukhtar Hanif Zamzami seorang hafizh Qur'an, yang statusnya masih single asal Banyuwangi Jawa Timur. Sedangkan khatibnya Ustadz Muhammad Iqbal asal Pesantren Darut Tauhid Arjawinangun Cirebon Jawa Barat.

Untuk menuju Rotterdam, yang jaraknya sekitar 25 kilometer dari Heeswijkplein Den Haag, saya dijemput oleh Kiai Ishom bersama isterinya di depan Masjid Al-Hikmah ini. Sebelum berangkat untuk shalat Id di Rotterdam Provinsi Belanda Selatan, saya menyempatkan berfoto bersama di halaman masjid ini. Bersama KH Nur Hasyim Subadi (Rais Syuriyah PCINU Belanda, yang juga Ketua Yayasan Masjid Al-Hikmah), Ustadz Iqbal dan Ustadz Hanif. Kami berfoto dengan latar masjid dan backdrop banner berdiri bertuliskan 'PCINU Belanda'.

Usai shalat Id di Rotterdam, acaranya makan bersama di lantai 2. Kami menikmati menu makanan Nusantara, lontong, telur bulat bersambal, dan peyék. 

Usai makan-makan saya diantar oleh Kiai Ishom ditemani isterinya keliling ke berbagai masjid di Rotterdam dan Den Haag. Masjid-masjid di Belanda banyak yang mulanya merupakan gereja yang tidak digunakan, kemudian dibeli dan dijadikan masjid. 

Di antara masjid yang kami kunjungi, masjid komunitas Maroko bernama Yayasan Masjid Annasr (Stichting Moskee Annasr) terletak di Van Cittersstraat 55a, 3022 LH Rotterdam. Kemudian masjid komunitas muslim Turki Belanda bernama Masjid Mevlana (Mevlana Moskee), nama asli Rumi. Masjid ini terletak di Mevlanaplein 1, 3200 EP Rotterdam. Saat kami kunjungi, kedua masjid ini pintunya telah ditutup.

Ada masjid besar yang lebih megah milik komunitas Turki, bernama HVD Mescid-i Aksa Camii. Masjid ini terletak di Wagenstraat 102, 2512 AS Den Haag. Di bagian depan masjid ini tertulis Den Haag 27-7-1979. Saya menyempatkan diri masuk ke dalam masjid yang megah ini. 

Saya juga mengunjungi  Masjid Al-Muhsinin (Moskee El Mouhsinin), terletak di jalan Stasionweg 85 Den Haag BK.

Berbeda dengan di tanah air, masjid-masjid ini usai digunakan untuk Shalat Id, sangat sepi. Bahkan banyak yang pintunya ditutup. Tatkala malam Lebaran pun, masjid-masjid ini juga sepi. Tidak seperti di tanah air, yang digunakan untuk takbiran dengan suara speaker luar yang begitu nyaring.

Inilah nuansa takbir dan Lebaran Idul Fitri pertama kali yang saya rasakan di Belanda. Dari 17 juta penduduk Belanda, sekitar 1,2 juta adalah Muslim. Umat Islam umumnya komunitas Muslim Turki, Maroko dan keturunan Indonesia.

Dari Negeri Kincir Angin, Negeri Kanal dan Negeri Sepeda Netherlands, kepada seluruh saudara-saudara Muslim kami di Indonesia dan penjuru dunia, kami mengucapkan, "Selamat Merayakan Idul Fitri 1440 H, Kullû 'âm waantum bikhair, taqabbalallâhu minnâ waminkum, waja'alanâ waiyyâkum minal 'âidîn walfâ'izîn. Mohon maaf lahir dan batin." 

Ustadz Ahmad Ali MD, Mubaligh/Dai, Kabid Kurikulum dan Akademik Pendidikan Dai Penggerak NU-PDPNU, Lembaga Dakwah PBNU, yang ditugaskan Dakwah Ramadhan di Eropa.


Terkait