Wapres Ma’ruf Amin Jelaskan Konsep Bhinneka Tunggal Ika di Hadapan Uskup Agung Athena
Jumat, 24 November 2023 | 06:00 WIB
Wapres Ma'ruf Amin saat menyampaikan pidato di hadapan Uskup Agung Athena, Kamis (23/11/2023). (Foto: BPMI Setwapres)
Jakarta, NU Online
Di hadapan Uskup Agung Athena His Beatitude Ieronymos II, Wakil Presiden Republik Indonesia (Wapres RI) KH Ma’ruf Amin menjelaskan tentang semboyan persatuan bangsa Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
“Indonesia memiliki lebih dari 270 juta penduduk, sekitar 17 ribu pulau, 718 bahasa daerah, dan mengakui 6 agama resmi yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Kami menganut filosofi Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu,” ujarnya di Holy Archdiocese of Athens (Keuskupan Agung Athena), Yunani, pada Kamis (23/11/2023).
Ia menerangkan bahwa konsep Bhinneka Tunggal Ika merupakan cerminan esensi keragaman yang membentuk masyarakat Indonesia yang menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi perdamaian.
“Filosofi ini juga menjadi kompas masyarakat Indonesia untuk memelihara toleransi dan perdamaian antar masyarakat yang multikultural dengan ragam etnis, ras, dan agamanya,” tegas Kiai Ma’ruf, sebagaimana keterangan tertulis yang diterima NU Online.
Lebih lanjut ia mengatakan, Yunani merupakan salah satu negara Eropa yang pertama kali memberikan pengakuan atas kedaulatan Indonesia pada Desember 1949. Selain itu, kehidupan bermasyarakat di Indonesia dan Yunani juga memiliki karakteristik yang sama.
Menurut Kiai Ma’ruf, masyarakat Indonesia dan Yunani mampu hidup berdampingan dengan damai di tengah keberagaman agama yang ada dan bahkan menjadi perekat bangsa. Karena itu, Wapres berharap pertemuannya dengan Uskup Agung Athena di Yunani itu, tidak hanya akan menguatkan konsep perdamaian dan toleransi dalam bernegara maupun bermasyarakat, tetapi juga dapat membawa kebaikan bagi kedua negara.
“Saya berharap pertemuan ini semakin mengukuhkan komitmen bersama untuk mempromosikan pemahaman dan mendorong kerja sama yang saling menguntungkan,” imbuhnya.
Pada pertemuan tersebut Wapres juga menyampaikan keprihatinannya atas eskalasi konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina. Selain itu ia juga menyampaikan belasungkawa atas serangan udara Israel terhadap Gereja Ortodoks Yunani di Gaza, Santo Porfirius pada tanggal 19 Oktober 2023.
Menurutnya, konflik antara Israel dan Palestina bukan terkait masalah agama, tetapi menyangkut masalah kemanusiaan yang tidak melihat perbedaan agama, suku, bangsa, dan ras. Ia berharap para pemimpin agama di dunia untuk sama-sama memberikan kontribusinya dalam meredam eskalasi konflik yang terjadi.
“Kekerasan harus dihentikan, gencatan senjata harus terus diupayakan, dan penyaluran bantuan kemanusiaan harus menjadi prioritas utama. Konflik ini bukanlah konflik agama, namun dibutuhkan kontribusi bersama termasuk dari pemimpin agama untuk penyelesaiannya,” jelasnya.