Masyarakat Nahdlatul Ulama atau Nahdliyin di Sudan sedang melaksanakan shalat Idul Fitri 1444 H, Sabtu (22/4/2023). (Foto: Dok PCINU Sudan)
Jakarta, NU Online
Ramadhan berakhir dengan 29 hari di Sudan. Kaum Muslimin yang tinggal di Khartoum, tak terkecuali warga Nahdlatul Ulama di sana, bersiap-siap menyambut Idul Fitri pada Kamis (20/4/2023) malam waktu setempat. Namun, tetiba saja pesawat pengebom dan artileri berat melakukan serangan besar-besaran.
Tak pelak, malam Idul Fitri yang mestinya menjadi malam indah dan malam yang dinantikan, berubah menjadi mencekam. Suara tembakan dan bom saling bersahutan semakin membuat masyarakat di sana untuk bersembunyi.
“Pada saat itu, ketika kami bersiap menyambut hari pertama Idul Fitri, lingkungan Khartoum terbangun karena pemboman pesawat dan artileri berat dalam serangan besar-besaran,” kata Ahmad Fauzi, Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sudan, kepada NU Online pada Sabtu (22/4/2023).
PCINU Sudan sendiri, kata Fauzi, menggelar shalat Idul Fitri di wisma PCINU Sudan bersama warga NU yang tinggal di sana. Sementara untuk warga NU lainnya, katanya, mereka melaksanakan shalat Idul Fitri di rumah masing-masing dan di masjid-masjid terdekat yang aman.
Menurutnya, tidak ada jaminan keamanan bagi masyarakat yang hendak melaksanakan shalat Idul Fitri. Hal ini yang membuat mereka selalu waspada, meskipun tidak meninggalkan shalat yang hanya dilaksanakan sekali dalam setahun itu. “Tidak ada jaminan keamanan untuk melaksanakan shalat Id di luar,” katanya.
Meskipun Rapid Support Fources (RSF) atau paramiliter Sudan ini telah membuat pernyataan melakukan gencatan senjata 72 jam, yang mulai berlaku pukul 06.00 CAT pada hari Jumat 21 April, tetapi Fauzi dan masyarakat di sana masih mendengar suara tembakan.
“Kepulan asap dan suara tembakan terjadi lagi ketika kami sedang melaksanakan salat Id,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, di Ibukota Khartoum telah terjadi pertempuran antara RSF dan Tentara Nasional Sudan. Pertempuran itu telah berlangsung sejak sepekan lalu, yakni pada Sabtu (15/4/2023). RSF sendiri mengklaim telah menguasai bandara internasional dan istana kepresidenan. Klaim tersebut dibantah pemimpin militer Sudan yang kemudian berdampak pada pertempuran di kota tersebut.
Hal demikian membuat kehidupan kota seakan lumpuh. Aktivitas pendidikan tak berjalan karena dinilai sangat membahayakan. Warga NU di sana pun diimbau untuk tetap tinggal di kediaman masing-masing. Meskipun demikian, karena tidak beraktivitas di luar, stok logistik pun menipis sehingga PCINU Sudan berinisiatif untuk menggalang dana demi menjaga masyarakat Indonesia di sana agar tidak terjadi kelaparan akibat ketiadaan bahan pangan.
Bantuan logistik dapat disalurkan melalui nomor rekening BSI 7187730338 atas nama PCINU Sudan. Untuk konfirmasi dapat melalui Nahjul Fikri (+249 11 599 9596) ataupun Mariati Maulida (+249 12 446 7480).
Pewarta: Syakir NF
Editor: Syamsul Arifin