WNI di Pakistan Refleksikan Pemikiran Demokrasi Gus Dur untuk Perkuat Pendidikan Politik Kebangsaan
Senin, 19 Februari 2024 | 11:00 WIB
Diskusi bertajuk 'Demokrasi Indonesia dan Merawat Kebangsaan' yang diinisiasi PCINU Pakistan, digelar di sektor I-9 Kota Islamabad, Pakistan pada Kamis (15/2/2024). (Foto: PCINU Pakistan/Badat Alauddin)
Jakarta, NU Online
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Pakistan menginisiasi acara diskusi bertajuk Demokrasi Indonesia dan Merawat Kebangsaan sebagai upaya merayakan semangat demokrasi Indonesia dan memperkuat pendidikan politik kebangsaan.
Forum ini merupakan wujud refleksi pendidikan politik dengan mengambil inspirasi dari pemikiran dan kontribusi Presiden Ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang menginspirasi semangat demokrasi dan kebangsaan di kalangan diaspora Indonesia di luar negeri.
Acara tersebut digelar di kediaman seorang Nahdliyin yang berlokasi di sektor I-9 Kota Islamabad, Pakistan pada Kamis (15/2/2024). Turut hadir dalam acara ini beberapa pengagum Gus Dur dari kalangan Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis), serta staf rumah tangga dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Islamabad.
Ketua PCINU Pakistan Tata Aunyrohaman menyampaikan bahwa demokrasi pada awalnya ditentang karena dianggap merusak tatanan aristokrasi dan oligarki. Sementara pesan pendidikan politik Gus Dur adalah untuk tetap fokus pada politik kebangsaan dan pembangunan, bukan politik praktis.
“Pendidikan politik yang mengambil dari perspektif guru bangsa yaitu Gus Dur agar kita tetap berfokus pada politik kebangsaan dan pembangunan bukan politik praktis,” kata Tata dalam keterangannya kepada NU Online, Senin (19/2/2024).
Ia juga menjelaskan, terdapat sejumlah elemen-elemen penting dalam demokrasi seperti institusi untuk mengontrol masyarakat, perwakilan masyarakat, akuntabilitas, dan kontribusi aktif masyarakat sipil.
Salah satu momen unik dalam acara tersebut adalah kehadiran Emha Saiful atau Cak Ipul, seorang aktivis pergerakan dari Persis sebagai narasumber. Cak Ipul membawakan pemikiran Gus Dur dengan menggambarkan berbagai peran yang diemban oleh Gus Dur, serta dinamika manusia dalam konteks demokrasi.
“Gus Dur (adalah) guru, pejuang humanisme, presiden, religius, kharismatik,” ujarnya.
Menurut Cak Ipul, Gus Dur mengajarkan bahwa demokrasi membuat manusia menjadi sangat dinamis, sehingga membuat seseorang bisa menjadi kawan pada suatu masa dan menjadi lawan pada masa selanjutnya.
Ia juga menekankan pentingnya menerima pergantian pemimpin dan jajaran dengan lapang dada, serta menjadi lebih dewasa dalam menyikapi dinamika politik dan demokrasi.
Sementara itu, sesepuh NU Pakistan dan Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Islamabad Rahmat Hindiarta menegaskan bahwa Gus Dur adalah tokoh yang sangat komplet yakni sebagai cendekiawan, budayawan, negarawan, dan ulama.