Jakarta, NU Online Jateng
Pengurus Pimpinan Cabang (PC) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Pati Hj Tutik Nurul Jannah menceritakan kiprah perjalanan hidup KHMA Sahal Mahfudz yang menjunjung tinggi kesetaraan gender.
Dalam tayangan berjudul ‘KH Sahal Mahfudz Mendorong Keadilan Gender dan Peran Perempuan di Ranah Publik’ yang disiarkan di TVNU Tutik mengungkapkan bahwa sejak awal berumah tangga Kiai Sahal Mahfudz (Mbah Sahal) banyak memberikan dukungan, penghargaan, perhatian, dan kesempatan pada istrinya Nyai Hj Nafisah Sahal.
“Nyai Nafisah itu seorang aktivis Muslimat NU Kabupaten Pati, ia banyak berkontribusi untuk daerahnya dan tentu itu bukan sesuatu yang instan. Musababnya karena ada dukungan dari Mbah Sahal,” ungkapnya, Rabu (20/6/2022).
Proses dukungan ini menurutnya, terjadi di awal masa pernikahan. Pada awal Nyai nafisah menjabat sebagai ketua Muslimat NU Pati, ia merasa dirinya tidak mampu, di titik ini Nyai Nafisah diajak belajar oleh Mbah Sahal bagaimana cara berorganisasi dengan benar.
“Bahkan, Mbah Sahal mendukung dan memberi kesempatan pada istrinya untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi di Yogyakarta sehingga mereka harus berhubungan jarak jauh,” terang Pengasuh Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati itu.
Menantu KH Sahal Mahfudz itu juga membeberkan perjalanan karir Nyai Nafisah yang tercatat sampai saat ini adalah sebagian dari bukti adanya prinsip dari KH Sahal yang memberikan ruang gerak bagi kaum perempuan.
“Di masa hidupnya Mbah Sahal memiliki prinsip untuk memberikan kesempatan bagi perempuan menempuh pendidikan dan mengoptimalisasikan potensinya sehingga perempuan bisa bermanfaat untuk masyarakat,” jelasnya.
Mengutip ayat 56 dari Surat Az-Zariyat dirinya menyebutkan, kesetaraan gender termaktub dalam perspektif Al-Qu’ran. Antara laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai kedudukan setara yakni sebagai khalifah di muka bumi.
“Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai keadilan dan persamaan mengandung prinsip-prinsip kesetaraan seperti laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba dan khalifah fil ardl,” ucapnya.
Bahkan sejarah juga menuliskan, pada masa awal Islam perempuan mendapatkan penghargaan tinggi. “Islam mengangkat harkat dan martabat perempuan dari posisi yang kurang beruntung pada masa jahiliyah,” pungkasnya.
Pengirim: Nabilah Salsabila