Apakah Cacar Monyet Bisa Sembuh Sendiri? Ini Penjelasan Ahli
Jumat, 27 Oktober 2023 | 10:30 WIB
Ahli Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), dr Syahrizal Syarif. (Foto: Dok. pribadi)
Jakarta, NU Online
Penyakit Monkeypox atau cacar monyet adalah salah satu jenis cacar menular dan bisa menyerang manusia. Penyakit ini tengah menjadi sorotan lantaran ada kemungkinan transmisi lokal atau penularan langsung setelah Kementerian Kesehatan mengumumkan 14 kasus baru, Kamis (24/10/2023).
Salah satu kekhawatiran terkait penyakit yang sempat mewabah di sejumlah negara ini yakni, apakah cacar monyet bisa sembuh sendiri? Bagaimana pengobatannya?
Ahli Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dr Syahrizal Syarif mengatakan, biasanya diperlukan waktu hingga 2 minggu atau 4 minggu sampai periode lesi tersebut menghilang dan rontok. Monkeypox merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14-16 hari.
"Angka kematian rendah tahun lalu dari 54 ribu kasus di dunia yang meninggal cuma 8 orang. Jadi angka kematiannya kecil dan akan sembuh sendiri dalam waktu 2-4 minggu," jelasnya.
Adapun gejala yang bisa dideteksi secara kasat mata, kata Syahrizal, muncul ruam-ruam kemudian muncul gelembung nanah ukurannya cukup besar dan karena ini infeksi biasanya muncul kelenjar getah bening terjadi pembesaran.
"Gelembung nanah bisa muncul di muka, tangan, kaki, alat kelamin atau sekitar anus," ucap Syahrizal.
Cacar monyet, kata Syahrizal, dapat dideteksi dengan uji polymerase chain reaction (PCR). Pengobatan khusus bisa dilakukan dengan diberikan antivirus, obat-obat yang mengurangi gatal dan infeksi sekunder.
"Tapi memang harus diisolasi dan diberikan vaksinasi supaya tidak terkena orang lain. Vaksinasi khusus bagi kontak erat saja, masyarakat umum enggak perlu dapat vaksinasi. Ini penyakit yang memang ada klasternya," jelasnya.
Virus ini dapat menyebar antara manusia ke manusia lainnya melalui kontak langsung secara fisik seperti luka infeksi, koreng, atau cairan tubuh penderita maupun tidak secara langsung. Jika cairan tubuh atau luka penderita menyentuh benda yang terkontaminasi seperti pakaian atau pendengaran dan kita yang sehat menyentuhnya maka dapat tertular juga.
"Ini menular, kita menyentuh lukanya, nanahnya itu nular. Oleh sebab itu kalau sudah didiagnosa harus di rawat di ruang isolasi. Dan pemerintah harus melakukan tracing maksudnya siapa saja yang pernah kontak dalam 14 hari terakhir," tandas Syahrizal.