Ilustrasi: Kebanyakan mi instan mengandung pengawet yang jika dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan.
Sumenep, NU Online
Anggota Pengurus Cabang (PC) Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Sumenep, Jawa Timur, dr H Slamet Riadi mengatakan, mi yang ideal dikonsumsi oleh adalah mi yang terbuat dari bahan-bahan alami, tanpa pewarna dan pengawet, serta tanpa MSG tambahan. Ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak berlebihan mengkonsumsi mi instan.
"Guna mencegah penyakit, (masyarakat) boleh mengkonsumsi mi instan sebanyak 1-2 kali dalam sepekan. Jangan sampai berlebihan," ujarnya saat dikonfirmasi NU Online, Rabu (12/10/2022).
Menurutnya, kebanyakan mi instan terdapat bahan pengawet kimia, seperti MSG dan TBHQ. Bahan pengawet tersebut berfungsi untuk meningkatkan rasa dan sifat pengawetan makanan.
Pengawet tersebut diperbolehkan untuk dimasukkan ke dalam makanan dalam batas tertentu. Meski begitu, dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah kesehatan.
"Gangguan lainnya yang dapat terjadi, antara lain penyakit kanker, serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, obesitas, diabetes, dan hipertensi," ungkap Ketua LKNU Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Gapura itu.
Dirinya mengurai satu persatu penyakit yang kelak akan menyerang individu yang berlebihan mengkonsumsi mi instan. Pertama, akan menyebabkan kanker.
Secara medis, mi instan dapat memberi tekanan pada sistem pencernaan seseorang, sehingga memaksanya untuk memecah makanan tersebut selama berjam-jam.
Hal ini juga dapat mengganggu kadar gula darah dan pelepasan insulin jika dicerna terlalu cepat, karena makanan disimpan dalam tubuh selama pencernaan menjadi lambat. Bahan kimia beracun dan pengawet tetap ada di dalam tubuh.
"Kandungan bahan pengawet kimia, seperti Butylated hydroxyanisole (BHA) dan t-butylhydroquinone (TBHQ) yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan, salah satunya adalah kanker," terangnya.
Kedua, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Terlalu banyak mengonsumsi mi instan berisiko lebih besar mengidap sindrom metabolik. Hal tersebut dapat menyebabkan seseorang mengalami obesitas, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol baik yang rendah, dan meningkatkan peluang terserang penyakit jantung, diabetes, atau stroke.
Ketiga, menigkatkan tekanan darah tinggi (hipertensi). Tentunya sudah banyak masyarakat yang mengetahui bahwa di dalam mi instan terdapat kandungan garam yang sangat tinggi. Terlalu banyak mengonsumsi garam berisiko mengalami berbagai gangguan kesehatan pada tubuh, salah satunya tekanan darah tinggi.
"Jika tidak diatasi dengan baik, tekanan darah tinggi dapat memicu sejumlah gangguan kesehatan, seperti serangan jantung, gangguan ginjal, gangguan mata, hingga demensia," papar pengurus Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) Sumenep itu.
Keempat, lanjutnya, akan mengalami penyakit diabetes. Hal ini karena di dalam mi instan, bukan hanya kandungan garam, ternyata memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi di dalamnya. Hal ini berisiko menyebabkan penyakit diabetes memburuk.
Kelima, akan mengalami gangguan hati. Pasalnya, kandungan pengawet di dalam mi instan dinilai dapat memicu gangguan pada hati. Selain itu, tingginya kandungan garam juga berisiko menyebabkan kerusakan hati.
"Dampak lain yang bisa dialami ketika berlebihan mengkonsumsi mi instan adalah obesitas atau kelebihan berat badan. Kondisi ini yang tidak diatasi dengan baik dapat memicu munculnya penyakit kronis," tuturnya.
"Mengenai pengobatan, tergantung jenis penyakit dan derajat penyakitnya," tandasnya.
Pewarta: Firdausi
Editor: Kendi Setiawan