Jakarta, NU Online
Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang, ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrem berupa mania dan depresi.
“Suasana hati dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan, yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti,” terang Psikolog Klinis, Denia Martini M, dalam acara virtual, Kamis (12/10/2022).
Baca Juga
Ciri-ciri Manusia Miskin Secara Mental
Periode yang berbeda ini disebut ’episode suasana hati’. Episode suasana hati, terang Denia, sangat berbeda dari suasana hati dan perilaku yang khas dari orang tersebut. Selama satu episode, gejalanya berlangsung hampir sepanjang hari. Episode juga dapat berlangsung untuk waktu yang lebih lama, seperti beberapa hari atau minggu.
“Ada tiga episode suasana hati, yang merupakan gejala umum bipolar. Yaitu, mania, hipomania (sangat senang) dan depresi mayor (merasa tertekan dan takut kehilangan),” jelasnya.
Secara detail ia membeberkan satu persatu dari ketiga gejala tersebut. Mania dan hipomania, meskipun kondisinya berbeda namun kedua suasan hati itu memiliki gejala sama. Namun, perlu diketahui mania berefek lebih parah ketimbang hipomania.
Bahkan, lanjut dia, mania bisa menyebabkan psikosis bagi penderitanya sehingga memerlukan penanganan dokter medis. “Pada episode ini penderita biasanya cenderung senang dan besemangat, tak jarang juga membuat keputusan impulsive yang membahayakan dirinya,” beber dia.
Sementara, pada episode depresi mayor rasa semangat dan senang itu otomatis lenyap pada penderita. Episode depresi ini, menurutnya, merupakan fase kronis karena terus menerus berpikir tentang kematian.
“Gejala ini cukup parah karena menyebabkan kesulitas nyata pada aktivitas sehari-hari. Yang ada dipikiran mereka pada episode ini hanyalah keinginan untuk mengakhiri hidupnya,” ujar dia.
Sebagai informasi, organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat, hampir satu miliar orang di seluruh dunia mengalami beberapa bentuk gangguan kesehatan mental.
Di tahun 2020, diperkirakan gangguan kecemasan meningkat secara signifikan menjadi 26 persen, dan depresi sebanyak 28 persen akibat pandemi Covid-19.
Sementara di tahun 2019, sebanyak 970 juta orang di seluruh dunia dilaporkan hidup dengan gangguan mental, paling umum yang dialami adalah gangguan kecemasan dan depresi.
WHO mendefinisikan gangguan mental sebagai gangguan secara klinis terkait fungsi kognisi, regulasi emosi, atau perilaku seseorang.
Beberapa gangguan mental yang dapat dialami seseorang antara lain gangguan kecemasan, bipolar, depresi, post-traumatic stress disorder (PTSD), schizophrenia, hingga gangguan makan.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Syakir NF