TNI, Polri, dan Pegawai Negara Darurat Obesitas, Ini Kata Ahli Gizi
Jumat, 19 Juli 2024 | 16:00 WIB
Jakarta, NU Online
Saat ini profesi abdi negara menjadi pengidap penyakit obesitas terbanyak. Berdasarkan data prevalensi penduduk dewasa Indonesia dari status pekerjaan tahun 2023, penderita obesitas dari kelima profesi itu menginjak angka sampai 32 persen dibanding kelompok pekerja yang lain berdasarkan laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) di 2023 diantara profesi abdi negara seperti TNI, Polri, Aparatur Sipil Negara (ASN), hingga pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Ahli Gizi dari Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU), Fahmi Arif Tsani menegaskan, pengidap obesitas tak hanya dialami profesi Polri, TNI, PNS, pegawai BUMN, BUMD saja, tetapi juga bisa merebak ke siapa saja khususnya bagi seseorang yang mempunyai pola hidup tidak sehat.
“Jadi saya ingin meluruskan sebenarnya bukan hanya profesi tersebut yang dapat mengalami obesitas. Prevalensi obesitas terjadi karena life style buruk yang terus membudaya. Dan realitanya memang Polisi, TNI, PNS perutnya buncit-buncit, lingkar perutnya terus melebar," kata Fahmi, Kamis (18/7/2024).
Fahmi Arif mengimbuhkan, kasus obesitas di kalangan pegawai negara itu terjadi karena beberapa beberapa faktor. Termasuk dalam pemasukan nutrisi kalori yang tidak seimbang.
"Penyebab obesitas itu terjadi lantaran ketidakseimbangan energi yang berlangsung secara berkala, artinya dalam jangka waktu lama. Tidak langsung drastis. Ketidakseimbangan itu disebabkan indeks energi yang masuk, dan kalorinya tidak sebanding daripada energi yang dikeluarkan," jelas Fahmi.
Menurutnya, jika berat badan tidak segera ditanggulangi, akan mengalami overweight terlebih dahulu. Mulai dari angka 23,5. Kemudian baru terkena obesitas. Selanjutnya berdasarkan IMT juga yang mana proporsi tinggi badan dan berat badan jika lebih dari 25 itu sudah termasuk kategori obesitas. Hal ini menjadi persoalan krusial karena mereka secara tidak sadar memelihara pola hidup yang tidak sehat.
"Pemicunya sering mengonsumsi tinggi kalori dan lemak. Makanan sejenis itu rata-rata enak semua. Disertai takaran porsinya berlebih, serta kandungan energinya sangat tinggi," jelas Fahmi.
Di sisi lain, lanjutnya, seseorang yang punya kebiasaan semacam itu tidak diimbangi dengan melakukan aktivitas fisik. Ibaratnya sering makan tetapi malas gerak. Aktivitas screen time sangat rawan beresiko mengalami obesitas lantaran dia lelah bekerja namun kurang gerak, sering duduk.
Senada, Umi Najihah, Ahli Gizi dari Rumah Sakit Islam (RSI) Arafah Rembang, Jawa Tengah mengatakan, salah satu pemicu obesitas ialah sering mengonsumsi makanan yang rendah lemak dan kalori.
"Sederhana saja. Dengan cara membatasi asupan makan tinggi lemak dan kalori, evaluasi berat badan sehingga dapat indeks masa tubuh yang ideal. Selain itu, konsumsi sayur dan buah, hindari gula murni dan gorengan, batasi makan karbohidrat kompleks seperti nasi, ketela, jagung, mie instan, roti, dan tepung-tepungan,” terang Umi.
Data terkini dari Rumah Sakit Islam Arafah Rembang tercatat bahwa perempuan lebih dominan mengalami obesitas daripada laki-laki, salah satunya karena pola makan.
"Kebanyakan perempuan ya. Karena kebiasaan sering ngemil dan akhirnya banyak menimbun lemak di dalam tubuh. Saran saya kurangi stres berlebih, rajin melakukan pemeriksaan tekanan darah, cek IMT, dan lakukan pemeriksaan laboratorium secara berkelanjutan," imbuhnya.
Sebab dan akibat obesitas
Obesitas merupakan kondisi tubuh yang dipenuhi oleh lemak berlebih yang menyebabkan indeks massa tubuh lebih dari batas normal. Obesitas dapat terjadi apabila jumlah kalori yang diserap tidak seimbang. Alhasil, tubuh menyimpan banyak cadangan kalori berbentuk lemak.
Berdasarkan data jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Universitas Diponegoro (Undip) Tahun 2021, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas di antaranya yaitu genetik, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku.
Dikutip dari Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat JGK Vol 414 Nomor 1 Januari Tahun 2022, World Health Organization (WHO) juga menyebutkan, obesitas sering dialami oleh perempuan dewasa daripada laki-laki.
Hal serupa juga dibahas dalam Jurnal BITS 23 Juni 2024, dalam pengelompokan makanan cepat saji bagi penderita penyakit obesitas pada orang dewasa telah lebih dari dua kali lipat, dan obesitas pada orang remaja telah meningkat empat kali lipat. Data menunjukkan bahwa pada orang dewasa (18 tahun ke atas) 890 juta mengalami obesitas di tahun 2022.
Jika penyakit ini tak kunjung disembuhkan, maka penyakit lain akan berdatangan. Inilah bahayanya obesitas. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, obesitas beresiko dua kali lipat mengakibatkan terjadinya serangan jantung koroner, diabetes melitus hipertensi, asam urat, dan sumbatan jalan nafas.
Tak hanya itu, obesitas juga dapat mendatangkan penyakit batu empedu, kanker usus besar pada laki-laki, kanker payudara dan leher rahim bagi perempuan sekaligus dapat menurunkan kesuburan reproduksi.