Bandar Lampung, NU Online Lampung
Guru Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) di kampung jangan dilupakan karena dari TPA lah kita semua bisa membaca Al-Qur’an. Jika sudah mondok di Al Hikmah maka guru TPA yang di kampung jangan dilupakan, tetap didoakan dan sering bersilaturaim dengannya.
Hal tersebut disampaikan oleh Pengasuh Pesantren Al Hikmah Bandar Lampung, KH Basyaruddin Maisir pada acara ramah tamah dan penyerahan tamatan santri kelas 3 MA dan 3 MTs di lapangan Pesantren pada Ahad (22/5/2022).
“Jika santri dari Al Hikmah akan melanjutkan mondok lagi di tempat yang baru dimanapun berada maka jangan juga melupakan yang di Al Hikmah,” ujarnya.
Kiai Maisir juga mengingatkan kepada semua hadirin khususnya kepada para santri yang tamat untuk selalu menambah guru dalam ilmu agama dimanapun berada. Akan tetapi jangan sampai melupakan guru yang sebelumnya, yang sudah menanamkan modal dan memberi pondasi yang awal.
“Para wali santri, jika akan melanjutkan pendidikan keagamaan anaknya, agar kiranya mencari yang masih satu jalur. Karena kalau berbeda bisa menimbulkan perbedaan yang cukup signifikan,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan perbanyaklah ilmu dan guru agama yang satu jalur, karena kalau sudah berbeda jalur akan susah. Contohnya seperti, lulusan dari Pesantren Al Hikmah pun sudah ada, istri berbeda dengan suaminya. Istrinya alumni Al Hikmah, suaminya dari sebelah, istrinya selalu memegang prinsip ajaran yang ada di Al Hikmah sedangkan suaminya selalu tidak setuju dan menentang. Padahal ajaran yang ada di Al Hikmah semuanya ada dalilnya.
Katib Syuriyah PWNU Lampung ini berpesan, jika mendidik anak harus sabar, karena mendidik anak tidak langsung jadi atau menyenangkan.
“Mendidik anak tidak seperti membeli pisang goreng, barangnya ada langsung dinikmati dan ada rasanya. Tetapi mendidik anak butuh proses, kadang belum bisa kita nikmati keberhasilan anaknya, malah justru kadang ada yang menambah pusing,” katanya.
Menurutnya jadi anaknya tamat sekolah atau mondok belum kerasa hasilnya dan manfaatnya. Ini harus sabar dan butuh proses, jika orang tuanya berhenti mendidik anak, maka anaknya tidak akan menjadi apa-apa.
Salah satu wali santri dari Way Ratai, Pesawaran Dr Marmin mengatakan, para santri memang sedang berproses, jadi kadang banyak perilaku yang dapat menimbulkan masalah.
“Saya kira mendidik anak-anak santri harus sabar, terutama yang MTs, karena masih labil, butuh bimbingan dan arahan yang serius. Agak ditegasi tidak apa-apa, karena agar kelak mereka mengingatnya,” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan agar para guru mengikhlaskan semua kasus yang dilakukan para anak-anak santri, agar ilmunya berkah dan kelak bermanfaat
(Yudi Prayoga)