Pringsewu, NU Online Lampung
Di masa pergantian tahun 2021 menuju 2022, ucapan selamat tahun baru banyak beredar khususnya di media sosial. Berbagai ucapan dipadu dengan desain grafis yang beraneka ragam memenuhi lini masa akun medsos. Ucapan ini bukan hanya dibuat oleh perorangan, namun sejumlah organisasi, lembaga, dan instansi ramai-ramai memunculkan grafis selamat tahun baru.
Namun ada yang unik dari ucapan selamat tahun baru yang dalam bahasa Inggris sering ditulis dengan ‘Happy New Year'. Aktivis dan generasi milenial NU ‘memoles’ kalimat ini menjadi 'Happy NU Year’ dan men-viralkannya dengan desain-desain kreatif. Hal ini dilakukan karena secara kebetulan pengucapan kata ‘new’ dalam bahasa Inggris mirip dengan pengucapan tulisan ‘NU’.
Desain ‘Happy NU Year 2022’ ini juga menampilkan tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama seperti para pendiri NU seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Bisri Sansuri, dan KH Wahab Hasbullah. Aneka warna desain ini juga banyak yang menampilkan Rais ‘Aam dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang baru yakni KH Miftahul Akhyar dan KH Yahya Cholil Staquf.
“Tentunya ini hal yang kreatif dan secara tidak langsung menjadi media syiar dan dakwah Nahdlatul Ulama,” kata Ketua Lembaga Ta’lif wa Nasyr NU (LTNNU) Kabupaten Pringsewu Hasbi Atho’illah, Sabtu (1/1/2022).
Menurutnya, kreativitas para generasi muda NU yang saat ini hidup di tengah zaman digital terus mengalami peningkatan kualitas. Mereka melihat bahwa internet, media sosial, dan perkembangan teknologi informasi memiliki peran vital dalam berdakwah. Dengan berbagai platform medsos yang ada, para generasi milenial NU saat ini kreatif memproduksi media dakwah baik dalam bentuk tulisan, audio, maupun visual.
“Saat ini, sudah banyak hasil karya generasi NU seperti flyer, pamflet, video, dan berbagai jenis media yang semakin menambah syiar Nahdlatul Ulama. Mereka ada yang berinisiatif sendiri maupun tergabung dalam komunitas-komunitas,” ungkapnya.
Fakta ini selaras dengan pernyataan Mantan Menteri Pendidikan RI Prof Muhammad Nuh yang menyebut bahwa saat ini warga NU sedang mengalami kondisi Mobilitas Vertikal yakni tren meningkatnya pergerakan dan penyebaran warga NU. Saat ini NU sudah banyak memiliki kader-kader dengan berbagai kualifikasi dan potensi beragam.
"Pada tahun 70-an mencari dokter di NU sangat susah. Saat ini sudah banyak kader NU yang jadi dokter spesialis," katanya beberapa waktu lalu di Bandarlampung.
Namun kondisi mobilitas vertikal ini harus dipertahankan dan ditingkatkan karena menurut Prof. Nuh, akan ada situasi naik turunnya kehidupan seperti kurva ‘S’. "Dalam kehidupan termasuk organisasi ada kurva 'S' yakni kondisi naik turun. Ada tiga hal dalam kurva S yakni investasi, pertumbuhan, dan stagnan. Jika terjadi stagnan maka harus di-planning kembali agar muncul kurva S kembali di periode keduanya," ungkapnya.(Muhammad Faizin)