Sempat terjadi kekosongan kepemimpinan di Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung, ketika ketua saat itu, KH Muhammad Zahrie wafat pada 17 Mei 1983. Ketua PBNU KH Idham Chalid lalu menunjuk Volta Djelipanglima, yang saat itu sebagai Sekretaris, menjadi Ketua PWNU Lampung.
Volta memang dekat dengan Kiai Zahrie. Seperti dituturkan oleh anak-anaknya, Volta kerap mendampingi Kiai Zahrie dalam berbagai kegiatan NU. Tidak aneh, bila Kiai Zahrie pun sering bertandang ke rumah mereka, di kawasan Pahoman, Bandar Lampung. Biasanya, Kiai Zahrie yang kediamannya di Talangpadang, Kabupaten Tanggamus, menginap selama beberapa hari, bila sedang ada kegiatan di Bandar Lampung.
Dikutip dari buku Sejarah dan Pertumbuhan NU di Lampung, anak sulung Volta, Asvi Maphilindo mengatakan, ketika berada di rumah mereka, Kiai Zahrie selalu menjadi imam bagi seluruh anggota keluarga saat shalat berjamaah.
Asvi mengenang, bila sudah masuk waktu shalat Maghrib atau Isya, mereka sekeluarga bergegas berbaris rapi untuk shalat berjamaah. Dia sering kebagian mengumandang adzan atau iqomat, secara bergantian dengan adiknya, Iqbal Putra Panglima. Bila Asvi yang adzan saat shalat Isya, maka pada Subuh Iqbal yang adzan. Bagi yang tidak adzan, kebagian membaca iqomat.
Iqbal mengakui, rutinitas mengumandangkan adzan dan iqomat awalnya terasa berat. Namun, lama kelamaan mereka menjadi terbiasa. Ketika Kiai Zahrie tidak menginap pun, rutinitas berjamaah itu tetap dilakukan di keluarganya. Usai sholat, Kiai Zahrie selalu memberikan tausyiah atau nasehat, khususnya bagi Asvi dan adik-adiknya.
Kedekatannya dengan Kiai Zahrie membuat sosok Volta menjadi seorang yang tawaduk, gigih berjuang tanpa pamrih. Dari Kiai Zahrie pula, tokoh yang lahir di Kota Agung, 5 Agustus 1957 itu lebih jauh mengenal NU.
Sebelum menjadi Sekretaris PWNU, Volta adalah Ketua Serikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) Lampung, organisasi buruh di bawah NU. Dia juga aktif di PW Gerakan Pemuda Ansor Lampung, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Lampung, Wakil Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Lampung, serta pembina Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Lampung.
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Lampung itu mempunyai banyak pengalaman di berbagai bidang. Bagaimana tidak, Volta pernah menjadi pimpinan di Bank Dagang Nasional Nasional Indonesia dan menjadi anggota DPRD Lampung tiga periode. Pada tahun 1987 ayah lima anak itu menjadi Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Lampung. Yang pada saat itu PPP mendapat 12 kursi dan mayoritas berasal dari NU.
Selama menjadi anggota DPRD itu, Volta juga menjadi dosen di Fakultas Hukum Universitas Lampung dan Fakultas Hukum Universitas Saburai (1980-1987). Dia pernah pula menjadi Komisaris Bank BPRS Sakai Sambayan Lampung. Dan sejak tahun 1987 hingga akhir hayatnya tahun 2010, Volta menekuni karier sebagai advokat.
Sifat tawaduk Volta membuatnya mampu merangkul kiai–kiai, baik di NU tingkat wilayah maupun di tingkat cabang dan berbagai kalangan. Kedekatannya dengan KH Zahrie membuat banyak hal-hal kebaikan yang kemudian diimplementasikannya.
Sebagai bukti ketawaduannya, ketika ayahanda Volta, yaitu Djelipanglima, meninggal, seharusnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, karena merupakan anggota veteran. Namun, pihak keluarga tidak mengizinkan. Apalagi sang ayah semasa hidup sudah berpesan pada keluarganya untuk tidak mau dimakamkan di makam pahlawan.
Asvi Maphilindo (1963-2021) menceritakan, ketika ayahnya menjadi Ketua PWNU, dia adalah orang yang selalu mengirim hasil dari rapat PWNU Lampung ke PCNU setiap pekannya. Dia harus ke kantor pos untuk mengirimkan foto kopian berkas organisasi NU, yang dia tidak paham apa isi dari amplop tersebut. Hanya bagian depan amplop ada logo PWNU Lampung.
Asvi menduga, berkas tebal dalam amplop itu merupakan hasil musyawarah PWNU Lampung yang kemudian diperbanyak dan dikirim ke PCNU. Ada juga instruksi PBNU yang diteruskan ke PCNU.
Hubungan PBNU dan pengurus PWNU Lampung terjalin dengan sangat baik. Volta sangat dekat dengan KH Idham Chalid, yang menjadi Ketua Umum PBNU. Bila datang ke Lampung, KH Idham Chalid juga sering menginap di rumah mereka.
Dalam kepemimpinannya, organisasi berjalan cukup baik. Fatayat dan Muslimat sangat eksis. Bahkan istri Volta, Ruliah, menjabat sebagai Ketua Fatayat dan dilanjutkan menjadi ketua Muslimat NU Lampung.
Pertemuan-pertemuan rutin Fatayat dan Muslimat menghasilkan progam-progam yang berjalan sangat baik, mulai dari pengajian sampai program keluarga berencana (KB), yang juga merupakan program dari pusat turun ke Lampung.
Dituturkan Iqbal, ibunya sering melibatkan aktivis mahasiswa UIN Raden Intan Lampung untuk turun ke daerah-daerah dalam kegiatan tersebut. Karena pada saat itu juga sangat ditunjang dan didukung oleh pemerintah daerah. Sehingga program yang dijalankan pun meninggalkan jejak, yang juga sekaligus untuk mengawal program pemerintah pusat.
Sebagai Ketua PWNU lampung, Volta rajin berkeliling ke rumah tokoh-tokoh NU di tingkat cabang. Di antaranya Asvi pernah diajak ke rumah KH Khusnan di Metro, dan kiai di daerah lainnya, seperti di Kabupaten Waykanan dan Lampung Timur. Misi utama kepemimpinan Volta adalah mengokohkan dan mengembangkan potensi NU yang telah banyak berkiprah di ruang publik dalam membangun Lampung.
Di lingkungannya, Volta sering dijadikan tempat berkonsultasi bagi keluarga maupun masyarakat. Apalagi saat menjadi ketua PWNU itu, dia juga menjadi pengajar di dua kampus yang berbeda. Ini merupakan suatu keteladanan yang luar biasa.
Volta selalu mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk selalu berbuat kebaikan. Seperti mengajak masyarakat di sekitarnya untuk berkumpul di rumahnya, berdoa bersama, membaca tahlil serta pengajian-pengajian.
(Ila Fadilasari)