Olahan Nanas dari Lahan Gambut Berkembang Pesat di Desa Sri Tanjung Riau
Rabu, 9 Desember 2020 | 13:00 WIB
Jakarta, NU Online
Badan Restorasi Gamabut (BRG) RI konsisten melakukan revitalisasi ekonomi masyarakat perdesaan gambut yang ada di tujuh provinsi di Indonesia. Program itu diwujudkan BRG dengan menugaskan Fasilitator Desa (Fasdes) untuk mendampingi setiap desa yang menjai target restorasi. Salah satu desa yang masuk pada program Desa Peduli Gambut (DPG) adalah Desa Sri Tanjung Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
Di sana BRG memberikan banyak intervensi agar Desa Sri Tanjung menjadi desa yang maju dan mandiri. Puncaknya, desa tersebut mampu memanfaatkan lahan gambut untuk merevitalisasi ekonomi masyarakatnya.
Sejak didampingi BRG tahun 2020 lalu, Desa Sri Tanjung mulai bebenah melihat potensi usaha desa. Setelah banyak dilakukan penelusuran, Desa Sri Tanjung memiliki tanaman nanas yang melimpah.
Akhirnya BRG dan pihak Desa Sri Tanjung sepakat mengembangkan olahan makanan berbahan nanas. Tujuan olahan Nanas itu dikembangkan agar bisa membantu masyarakat meringankan beban rumah tangga yang ada terutama menyangkut ekonomi.
Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Desa Sri Tanjung, Zakiah, mengatakan, sebelum KUBE dibentuk sudah ada masyarakat yang fokus mengembangkan olahan makanan berbahan nanas secara sendiri-sendiri. Usaha masyarakat tersebut tidak mengalami perkembangan yang berarti sebab tidak dikelola dengan baik. Artinya dikelola secara sederhana dengan alat seadanya.
Setelah ada bantuan alat pengolah nanas dari BRG RI melalui Desa Sri Tanjung, Fasdes DPG BRG langsung mengumpulkan para pelaku usaha di Desa Sri Tanjung. Semua pelaku usaha diajak bekerja secara berkelompok agar penghasilannya bisa lebih menjanjikan.
"Karena berkelompok itu alhamddulillah untungnya bisa menutupi kebutuhan produksi,” tutur dia kepada NU Online akhir November lalu.
Selain itu, keuntungan yang masuk ke KUBE mereka tabung agar jumlahnya semakin meningkat. Setelah keuangannya mencukupi barulah dibagi kepada anggota kelompok. Zakiah menjelaskan, suasana Covid-19 sempat mengganggu income KUBE Desa Sri Tanjung, namun, masyarkat sadar hal itu tidak boleh dijadikan alasan mendasar untuk berkembang. Akhirnya anggota kelompok tetap memproduksi olahan nanas seperti biasa.
Olahan yang dikembangkan KUBE Desa Sri Tanjung yakni wajik nanas, kripik nanas, dodol nanas dan jus nanas. Menurut dia, alat yang diberikan BRG mampu membantu KUBEnya untuk memproduksi olahan nanas dengan jumlah yang sangat cukup.
"Kami menjualnya ke masyarakat desa Sri Tanjung dan luar Desa Sri Tanjung. Keuntungannya alhamdulillah lumayan cukup untuk kehidupan anggota kelompok,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sri Tanjung, Abdul Malik mengatakan, setelah hadirnya program BRG di desa dia, masyarakat semakin sadar akan pentingnya memanfaatkan lahan gambut. Kata dia, lahan gambut yang sempat terbengkalai mulai banyak ditanami pohon nanas yang saat ini dikembangkan KUBE.
Ia mengapresiasi kinerja Fasdes karena mampu mendorong masyarakat untuk terus berwirausaha makanan khas Desa Sri Tanjung. Dia mengaku bangga ternyata masyarakat bisa mulai paham pentingnya mengembangkan usaha secara mandiri.
“Iya jadi kami mengembangkan olahan nanas untuk dijual ke masyarakat luas. Tapi kami juga sedang menanam jahe merah agar usaha KUBEnya tidak fokus pada nans saja. Program ini masuk pada program revitalisasi tahun 2021,” katanya.
Dia menegaskan akan terus mengajak masyarakat untuk memelihara lahan gambut agar memberikan dampak yang positif untuk kehidupan salah satunya adalah dampak ekonomi.
Sedangkan menurut Fasdes Sri Tanjung, Irwani, kegiatan KUBE yang dia bina dari tidak berpenghasilan kini mampu mendapatkan omset dua hingga tiga juta rupiah juta setiap bulannya. Kata dia, uang itu dikelola lagi agar berlipat ganda.
“Olahan nanas ini kami jual di warung-warung. Peminat masyarakat lumayan banyak apalagi selai dan wajik,” katanya.
Saat ini jumlah anggota KUBE tersebut ada 15 orang, kemungkinan masih banyak masyarakat yang akan bergabung lagi. Dia optimis omset yang dihsilkan bisa lebih berkembang jika pengelolaannya dilakukan secara professional.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan