Pintu utama Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur usai tragedi yang menewaskan ratusan jiwa. (Foto: NUO/Syaifullah)
Surabaya, NU Online
Tidak terasa, sudah 3 bulan tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur berlalu. Imbas dari peristiwa pilu itu setidaknya ada 135 korban meninggal, 596 menderita luka ringan, dan luka berat sebanyak 26 jiwa. Dan sampai berita ini ditulis, belum ada kejelasan soal siapa yang harus bertanggung jawab atas tragedi tersebut.
Pada Kamis (05/01/2022) lalu, ratusan Aremania dan masyarakat penuh khidmat memanjatkan doa memohon kepada Tuhan agar terbuka pintu keadilan bagi korban tragedi Kanjuruhan. Kegiatan dipusatkan di depan pintu utama Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang. Kegiatan diikuti Aremania, korban, keluarga korban, warga Malang Raya, serta ratusan jamaah Maiyah Malang Raya.
Doa tersebut sebagai bentuk kepedulian karena berbarengan peringatan 100 hari tragedi Kanjuruhan berdasarkan perhitungan Jawa. Sedangkan berdasarkan kalender masehi, 100 hari tragedi Kanjuruhan akan diperingati Ahad (08/01/2023).
Peduli keluarga korban
Di tempat lain, aksi kepedulian ditunjukkan Rumah Sedekah NU dan mitra yang menggelar kegiatan silaturahim dengan keluarga korban. Kegiatan digelar di Rumah Makan Dapur Kota, Kota Malang, Jumat (06/01/2023).
“Gerakan peduli Arema berbeda dengan lainnya karena gerakan yang dilakukan lebih difokuskan untuk membantu masalah sosial, pendidikan, dan ekonomi keluarga korban dan relawan,” kata inisiator Rumah Sedekah NU sekaligus Penasihat Aliansi Gerakan Peduli Arema, KH Noor Shodiq Askandar saat sambutan sebagaimana dilansir NU Online Jatim.
Dijelaskan kiai yang juga Ketua Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU Jatim ini bahwa ada 3 fokus umum Gerakan Peduli Arema (GPA).
“Pertama, fokus jangka menengah dan jangka panjang dengan menawarkan pendidikan gratis untuk putra putri korban,” katanya.
Sejumlah lembaga pendidikan yang telah menyatakan kediaan adalah LP Ma’arif NU, Yayasan Diponegoro, Pesantren Rakyat Al-Amin Sumber Pucung, Pesantren Al-Kaf Jabung, Pesantren Syabilurrosyad, Pesantren Bahrul Maghfiroh dan Pesantren Al Huda Wajak.
“Selanjutnya yang kedua dengan memperhatikan keluarga korban di mana teman-teman pengusaha mitra Rumah Sedekah NU siap menerima untuk bekerja sesuai dengan keahlian,” terang dia.
Sedangkan ketiga yakni dengan memberikan perhatian kepada sejumlah relawan. Dan sebulan bulan lalu telah dilaksanakan apresiasi untuk supir ambulans.
Di tempat berbeda, aksi kemanusiaan dilakukan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Blitar, Jawa Timur yang menerima amanah dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk menyalurkan bantuan kepada 5 warga setempat yang menjadi korban tragedi Kanjuruhan. Penyerahan bantuan dipusatkan di Gedung Graha NU, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Sabtu (07/01/2023).
Pada kesempatan itu, Ketua PBNU Prof Mohammad Mukri mengungkapkan, giat tersebut merupakan bentuk kepedulian NU kepada saudara yang tertimpa musibah, baik musibah tragedi Kanjuruhan maupun musibah yang lain seperti gempa di Cianjur dan bencana lain.
“Jadi, NU itu mengumpulkan uang bukan hanya dipamerkan, tetapi benar-benar untuk khidmah dalam bermasyarakat dan ditasarrufkan kepada yang membutuhkan,” ungkapnya.
Sementara Ketua PCNU Kabupaten Blitar KH Masdain Rifai Ahyad menuturkan, pihaknya turut berbela sungkawa atas kejadian yang menimpa warga Blitar dalam tragedi Kanjuruhan beberapa waktu lalu. Ia juga berusaha menyampaikan amanah dari PBNU untuk mentasarrufkan bantuan kepada keluarga korban.
“Dan, tidak hanya bantuan materi yang akan kita sampaikan, tetapi juga doa terbaik, agar para korban mendapatkan tempat yang terbaik di sisi-Nya,” tuturnya.
Kiai Masda'in menjelaskan, tragedi tersebut merupakan peristiwa menggapai sebuah kebahagiaan namun berakhir dengan memprihatinkan dan menjadi duka umat. Kiai Dain pun berharap, kejadian menjadi pelajaran untuk semua, agar kasus yang sama tidak terulang kembali.
Pengasuh Pondok Pesantren Mahyajatul Qurro' Kunir, Wonodadi, Blitar ini mengatakan, NU akan terus berupaya memberikan khidmah yang terbaik untuk umat, dengan rasa kekeluargaan, siapa pun akan dibantu.
“Kalaupun ditanya apakah semua musibah kita bantu? Laa haula walaa quwwata illa billah, kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk kemaslahatan umat,” katanya.
Dirinya menyampaikan, NU hadir sebagai rahmat bagi seluruh alam atau rahmatan lil ‘alamin untuk masyarakat Kabupaten Blitar. Semoga dengan uluran tangan dan rasa kebersamaan Nahdliyin diharapkan dapat sedikit meringankan duka keluarga korban.
“Kami tidak perlu mendapat penghargaan atau penghormatan, tetapi kami akan berusaha bersama umat untuk menebarkan amal shalih,” pungkasnya.
Memantau perkembangan
Hingga kini, sejumlah upaya dilakukan dalam mencari keadilan atas tragedi yang ada. Bahkan perwakilan keluarga korban menemui Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD di Jakarta.
Pada kesempatan tersebut, Mahfud juga merasa tidak puas terkait proses hukum penanganan kasus tragedi Kanjuruhan. Hal itu diungkapkan Mahfud saat menerima kedatangan keluarga korban tragedi Kanjuruhan yang didampingi oleh Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Edwin Partogi di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (06/01/2023).
"Jadi banyak juga segi-segi yang belum terungkap, tapi saya juga masih belum puas, sangat tidak puas dengan hasil yang sekarang, tapi itu yang terus kita kawal. Jadi kita tidak diam," ujar Mahfud dalam siaran pers yang disiarkan Youtube Kemenko Polhukam.
Sedangkan 5 tersangka tragedi Kanjuruhan akan segera menjalani sidang perdana di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Senin (16/01/ 2023) mendatang. Hal tersebut sebagaimana disampaikan Wakil Humas PN Surabaya, Gede Agung Pranata bahwa sidang itu digelar di Ruang Sidang Cakra, PN Surabaya.
"Sidang Tragedi Kanjuruhan digelar 16 Januari 2023 jam 10.00 WIB. Lokasi di Ruang Sidang Cakra," kata Gede, kepada sejumlah insan media, Jumat (06/01/2023).
Editor: Syaifullah Ibnu Nawawi