14 Februari Harlah Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari, Ini Cara Teladaninya Versi Gus Mus
Rabu, 14 Februari 2024 | 14:00 WIB
Rembang, NU Online
14 Februari 2024 bagi sebagian besar warga Indonesia mengenalnya sebagai hari di mana Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 diadakan. Di hari tersebut, dilaksanakan pemilihan presiden beserta wakilnya, calon anggota DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
Namun, bagi warga Nahdliyin, tanggal 14 Februari memiliki makna tersendiri. Hal ini dikarenakan salah satu sosok sentral berdirinya Jamiyah Nahdlatul Ulama, yakni Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari yang dilahirkan di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 14 Februari 1871 M yang bertepatan pada Selasa Kliwon, 27 Dzulqa’dah 1287 H.
Kepada NU Online, Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Mustofa Bisri menjelaskan cara meneladani Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari. Menurutnya ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh generasi muda NU untuk meneladani dan mengenangnya.
Baca Juga
Gus Mus: Islamnya Gus Dur, Islam Cinta
“Kalau ingat Hadratussyekh Hasyim Asy’ari, pertama membacakan Fatihah sebagai pendiri NU. Kedua, mempelajari perilaku beliau untuk diteladani. Ketiga, membaca maqalah-maqalah beliau,” jelas Gus Mus, Rabu (14/2/2024).
Menurut kiai yang juga merupakan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 2022-2027 ini, maqalah-maqalah dari Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari bisa ditemukan di dalam Qanun Asasi.
“Itu ada (yang namananya, red) Qanun Asasi. Itu maqalahnya Hadratussyekh. Lengkap di situ. Itu kalau dipegang oleh generasi apa saja dari NU, dia akan baik-baik saja,” tuturnya.
“Tapi kalau tidak dibaca, ya nggak ngerti sebetulnya apa sih jadi orang NU itu seperti apa,” lanjutnya.
Gus Mus kemudian mengatakan bahwa Qanun Asasi tersedia dalam dua bahasa, yakni bahasa Arab yang mana merupakan versi asli dan satu lagi berbahasa Indonesia yang merupakan hasil terjemahan dari Gus Mus dan Qanun Asasi ini bisa dilihat di Mukaddimah Anggaran Dasar (AD) Nahdlatul Ulama.
“Itu baca Qanun Asasi. Itu bahasa Arab juga ada, bahasa Indonesia ada. Itu saya terjemahkan, dan ada di dalam muqaddimah anggaran dasar (AD) NU. Kalau dibaca ada itu, itu terjemahan saya atas maqalahnya Hadratussyekh Hasyim Asy’ari, Qanun Asasi, lengkap itu,” ungkapnya.