4 Puisi tentang Ibu Karya Penyair Ternama; Dari Gus Mus hingga Chairil Anwar
Ahad, 22 Desember 2024 | 17:00 WIB
Jakarta, NU Online
Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember dapat menjadi momen istimewa untuk mengekspresikan rasa kasih kepada ibu tercinta. Memberikan puisi adalah salah satu cara yang penuh makna untuk menyampaikan rasa sayang.
Puisi-puisi bertema Ibu yang menyentuh hati dari para sastrawan dan penyair ternama bisa menjadi pilihan untuk membahagiakan ibu.
Berikut ini adalah beberapa puisi tentang ibu karya penyair ternama Indonesia yang patut dibaca, disampaikan dan direnungkan maknanya.
1. Cinta Ibu Karya KH A Mustofa Bisri (Gus Mus)
KH Mustofa Bisri, yang lahir di Rembang, Jawa Tengah, pada 10 Agustus 1944, berasal dari keluarga santri.
Selain dikenal sebagai tokoh agama, ia juga seorang budayawan, pelukis, dan penulis produktif. Karya-karyanya mencakup belasan buku, baik dalam bentuk fiksi maupun nonfiksi. Berikut puisi tentang ibu karya Gus Mus.
Cinta Ibu
Seorang ibu mendekap anaknya yang
durhaka saat sekarat
airmatanya menetes-netes di wajah yang
gelap dan pucat
anaknya yang sejak di rahim diharap-
harapkan menjadi cahaya
setidaknya dalam dirinya
dan berkata anakku jangan risaukan dosa-
dosamu kepadaku
sebutlah namaNya, sebutlah namaNya.
Dari mulut si anak yang gelepotan lumpur
dan darah
terdengar desis mirip upaya sia-sia
sebelum semuanya terpaku kaku.
2. Ibu Karya Chairil Anwar
Chairil Anwar lahir di Medan tanggal 22 Juli 1922. Ia Wafat di Rumah Sakit CBZ yang sekarang bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada setengah tiga sore 28 April 1949.
Selama ini orang mengenal puisi Chairil Anwar berjudul Aku. Ia memang dikenal sebagai pembaharu puisi Indonesia. Ternyata ia juga menulis puisi yang berjudul Ibu.
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu…
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu...
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan Bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun…
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu..
Ibu…
Aku sayang padamu…
Tuhanku…
Aku bermohon padaMu
Sejahterakanlah dia Selamanya...
3. Ibu Karya D Zawawi Imron
D Zawawi Imron, seorang penyair asal Batang-Batang, Sumenep, Madura, dikenal lewat karya-karyanya yang kerap menghadirkan tema perenungan tentang alam, khususnya keindahan alam Madura.
Budaya Madura yang kuat serta kehidupan masyarakatnya yang religius (Islam) di lingkungan tempat ia lahir turut memberikan pengaruh besar pada tema-tema dalam sajaknya.
Berikut puisi Ibu karya D Zawawi Imron yang cukup populer di masyarakat
kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mata air, air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu
bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruh menulis langit biru
dengan sajakku
4. Rindu Ibu Karya Abdul Wachid BS
Abdul Wachid Bambang Suharto, yang lebih dikenal sebagai Abdul Wachid BS, lahir di Lamongan, Jawa Timur, pada 7 Oktober 1966.
Ia menulis berbagai karya sastra dan saat ini merupakan Guru Besar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Saizu Purwokerto.
Berikut puisi Abdul Wachid yang bercerita tentang ibu
Ibu
di ambang bulan, di ramadhan ini
di dini hari di saat subuh menanti
kulayangkan fatihah berkali kepadamu
mataair airmata bermuara diharubiru rindu
Ibu,
di pintu bulan, di ramadhan ini
di pagi di saat subuh berganti mentari
kutelponkan ungkapan ampun nurani kepadamu
batu-batu kali batu-batu hati terkikis tersedu airmata rindu