4 Sifat KH Wahab Chasbullah menurut Wapres KH Ma'ruf Amin
Senin, 16 Oktober 2023 | 09:00 WIB
Jakarta, NU Online
Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin menyampaikan bahwa KH Abdul Wahab Chasbullah memiliki empat sifat. Hal tersebut disampaikan dalam sambutannya pada Peringatan Maulid Nabi dan Haul 52 Tahun KH Abdul Wahab Chasbullah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (15/10/2023).
Empat sifat tersebut adalah faqih, penggerak (muharrik), organisatoris (munaddhim), sekaligus sosok yang bersikap hati-hati. Keempat sifat tersebut melekat kuat pada pribadi Mbah Wahab dan tecermin dari berbagai solusi yang beliau berikan terkait masalah kebangsaan.
Kiai Ma'ruf menjelaskan bahwa istilah faqih yang melekat pada Mbah Wahab seringkali ditafsirkan sebatas ahli fiqih. Padahal, menurutnya, Mbah Wahab memahami permasalahan-permasalahan yang tidak hanya terbatas dalam ibadah dan akhlak, tetapi juga problematika di bidang sosial, ekonomi, dan kenegaraan.
Tak hanya sebagai sosok yang faqih, Mbah Wahab juga merupakan sosok muharrik (penggerak). Gagasannya dalam menghidupkan pergerakan Tashwirul Afkar (1914), Nahdlatul Wathan (1916), dan Nahdlatut Tujjar (1918) membuktikan Mbah Wahab sebagai penggerak sejati, termasuk di dalamnya pergerakan Nahdlatul Ulama. Hal ini sejalan dengan manakib singkat Mbah Wahab yang dibacakan oleh Gus Ubaidillah Sadewa.
Gerakan yang digagas oleh Mbah Wahab merupakan cerminan gerakan para ulama. Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu mengatakan, bahwa gerakan ulama adalah gerakan islahiyah bukan gerakan mulkiyah.
"Gerakan islahiyah yang dilakukan oleh ulama adalah gerakan perbaikan, bukan gerakan mulkiyah yang menjadikan kekuasaan sebagai tujuan. Para ulama tentu ingin mendapatkan ajron ajilan bukan hanya tsamroh ajilan. Bagi para ulama, kekuasaan adalah sedikit buah yang diberikan oleh Allah lebih dulu tetapi yang secara hakiki menjadi tujuan para ulama adalah ajron ajilan atau pahala itu sendiri," ujarnya.
Selain itu, Kiai Ma'ruf juga menambahkan bahwa Mbah Wahab adalah munadhim (organisatoris) sejati. NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia adalah wujud nyata dari keberhasilan Mbah Wahab sebagai sosok organisator.
Senada dengan Kiai Ma'ruf yang menyebut Mbah Wahab sebagai sosok yang bersikap hati-hati, Nyai Hj Mahfudzoh Aly Ubaid juga menyebutnya demikian. Hal ini ia ungkapkan dengan mengisahkan Mbah Wahab enggan menggunakan istilah Rais Akbar saat menggantikan Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dalam mengemban posisi tertinggi di NU. Ia memilih menggunakan istilah Rais 'Aam.
Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk sikap kehati-hatian dan adab seorang santri kepada gurunya. Menurutnya, hal itu disebabkan Mbah Wahab merasa tidak pantas mengenakan atribut yang sama dengan gurunya, sekalipun hanya berupa istilah sebutan.
Dalam acara ini turut hadir serta Habib Jindan bin Novel, Ustadz Das'ad Latif, dan KH Nasaruddin Umar. Hadir pula putra-putri Mbah Wahab beserta para dzuriyah antara lain Nyai Hj Hizbiyah Rochim, KH Hasib Wahab, dan Nyai Hj Munjidah.