4 Tips Mendidik Anak di Tengah Perkembangan Teknologi AI
Kamis, 7 September 2023 | 18:00 WIB
Jakarta, NU Online
Dosen Universitas Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang yang juga Psikolog Pendidikan, Asriana Kibtiyah memberikan 4 tips mendidik anak di era artificial intelligence (AI) yang mana kemajuan teknologinya sangat pesat.
Baginya, kunci pertama mendidik anak di era teknologi AI yaitu mendidik murid atau anak dengan penuh cinta. Karena mesin yang dibuat berkat kecanggihan teknologi sulit memberikan kehangatan cinta.
"Saya selalu mengatakan kepada calon guru, syarat menjadi guru itu satu, yaitu mencintai manusia. Modal mengajar adalah cinta. Kehangatan cinta ada di manusia," jelas Asriana, Kamis (7/9/2023).
Asriana menambahkan, guru harus memiliki cinta yang besar terhadap manusia dan kemanusiaan. Karena kalau tidak mencintai manusia. Maka tidak memungkinkan bagi muridnya, siswanya, bagi santrinya, untuk tumbuh dan berkembang sebagai manusia.
"Sentuhan hangat, perhatian, kedekatan, bisa didapatkan dari manusia. Sehingga manusia sebagai guru masih dibutuhkan di era teknologi AI," imbuhnya.
Asriana mengatakan, keberhasilan pendidikan saat ini akan menentukan masa depan Indonesia puluhan tahun ke depan. Karena proses pendidikan bisa dirasakan beberapa tahun kemudian.
Apalagi saat ini Indonesia sedang menyongsong Indonesia emas, 2045. Tepat 100 tahun Indonesia merdeka. Sehingga, Indonesia emas 2045 akan tergantung pada proses pendidikan saat ini.
Bila saat ini usia anak didik 12 tahun, maka saat 2045 nanti berusia 34 tahun. Guru harus harus memanfaatkan bonus demografi. Di mana usia produktif melimpah di Indonesia.
Para guru harus membayangkan bahwa murid-murid yang diajar saat ini, 20-30 tahun lagi akan menjadi mayoritas penduduk Indonesia. Mereka akan mengelola Indonesia.
Pendidikan yang mampu menyelamatkan umat manusia bukanlah pekerjaan kecil dan remeh. Sehingga peran guru dan orang tua sangat viral dalam pendidikan. Sebab manusia akan menjadi wakil Tuhan di dunia.
"Pendidikan dengan cinta memiliki arah Pendidikan berkaitan dengan perkembangan spiritual manusia, peningkatan nilainya sebagai individu, dan persiapan kaum muda untuk memahami zaman di mana mereka akan hidup," ujarnya.
Perempuan yang akrab disapa Bunda Ana ini melanjutkan, tips kedua mendidik anak di era AI yaitu haus akan ilmu, meningkatkan kemampuan, tidak berhenti belajar. Karena murid di era AI bukan lagi kertas kosong ketika masuk ke kelas.
Peserta didik di era sekarang sudah banyak mendapatkan informasi dari media sosial seperti youtube, tiktok, Instagram dan media sosial lainnya. Sehingga ketika guru tidak update ilmu baru, maka bisa diprotes oleh murid karena yang disampaikan berbeda dengan informasi yang ada di otaknya murid.
"Ini tantangan bagi setiap guru dan orang tua dalam membimbing generasi muda agar memahami zamannya. Sementara guru juga harus memahami zamannya anaknya. Karena setiap zaman ada polanya masing-masing," tegas Bunda Ana.
Dikatakan, pentingnya guru selalu update ilmu baru dikarenakan perkembangan seorang murid mau tidak mau akan dipengaruhi oleh gurunya. Sehingga apa bila murid dibimbing dan diarahkan oleh guru yang berkualitas dan memiliki kemampuan belajar tinggi maka akan meningkat prestasinya.
Hal ini sesuai dengan UU nomor 14 tahun 2005 yang menjelaskan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
"Di sinilah letak pentingnya seorang guru untuk terus meningkatkan kualitas diri meskipun sudah mengajar. If you only do what you can do, you'll never be better than what you are," tegasnya.
Bunda Ana menambahkan, tips ketiga yaitu seorang guru harus bisa membuat suasana belajar yang menyenangkan. Karena kebanyakan peserta didik saat ini mudah teralihkan fokusnya bila suasana belajarnya tidak menyenangkan.
"Menciptakan suasana belajar menyenangkan jadi tantangan bagaimana para untuk mengembangkan pendidikan dan pengajaran yang menyenangkan di era teknologi AI," pinta Bunda Ana.
Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, setidaknya guru perlu memiliki empat kompetensi yang harus dikuasai.
Pertama, kemampuan pedagogik yakni pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan potensi peserta didik)
Kedua, kemampuan sosial, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi lisan, bahasa tubuh hingga tulisan, bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga pendidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat sekitar
Ketiga, kemampuan kepribadian ditandai dengan emosi yang stabil, dewasa, Arif, bijaksana, berwibawa, menjadi teladan dan berakhlak mulia. Bisa mengontrol emosi, karena guru orang dewasa harus bisa menunjukkan kepribadian yang stabil, matang, dewasa. Sehingga anak tidak jadi sasaran amuk.
Keempat, kemampuan profesional, meliputi penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, sehingga mudah dipahami murid-murid.
"Tips keempat, mendidik dengan hati. Hanorable (luhur), authentic (asli), thoughtful (bijaksana), intelligent (cerdas)," tandasnya.