71 Petugas Pemilu 2024 Meninggal Dunia, Ini Sebaran Wilayahnya
Rabu, 21 Februari 2024 | 10:00 WIB
Jakarta, NU Online
Pesta demokrasi tahun ini menyisakan duka bagi para petugas yang mengawal pemilihan umum 2024. Komisi Pemilihan Umum (KPU) melaporkan, ada 71 orang petugas ad hoc yang meninggal saat bekerja pada Pemilu 2024.
"Para penyelenggara badan ad hoc, terutama pada peak season yang bebannya berat pada tanggal 14-18 Februari 2024, dalam catatan kami yang meninggal ada 71 orang," kata Ketua KPU Hasyim Asy’ari dalam konferensi pers, Senin (19/2/2024).
Mayoritas petugas yang meninggal merupakan anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di tingkat tempat pemungutan suara (TPS), yakni 42 orang.
Kemudian 24 anggota satuan perlindungan masyarakat (linmas) meninggal saat menjaga keamanan pemungutan dan penghitungan suara.
Ada pula 4 anggota panitia pemungutan suara (PPS) di tingkat desa/kelurahan, serta 1 anggota panitia pemilihan kecamatan (PPK) yang meninggal ketika bertugas.
KPU juga mencatat terdapat 4.567 orang petugas yang sakit, terdiri atas anggota KPPS 3.371 orang, PPS tingkat desa/kelurahan 696 orang, linmas 364 orang, dan PPK 136 orang.
Para petugas Pemilu 2024 yang meninggal dunia paling banyak berasal dari Jawa Barat. Berikut sebarannya:
Sumatera Utara: 2 kasus
Riau: 2 kasus
Sumatera Barat: 1 kasus
Sumatera Selatan: 2 kasus
Banten: 3 kasus
DKI Jakarta: 6 kasus
Jawa Barat: 22 kasus
Jawa Tengah: 12 kasus
Daerah Istimewa Yogyakarta: 1 kasus
Jawa Timur: 14 kasus
Kalimantan Barat: 2 kasus
Kalimantan Timur:1 kasus
Sulawesi Selatan: 2 kasus
Sulawesi Utara: 1 kasus.
Pemicu petugas meninggal dunia
Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mengungkapkan penyakit jantung adalah penyebab kematian tertinggi yang dialami oleh petugas Pemilu 2024, yakni sebanyak 19 orang, kemudian diikuti oleh penyebab yang masih dikonfirmasi, kecelakaan, dan hipertensi.
Menteri Kesehatan (Menkes RI), Budi Gunadi Sadikin menyebut bahwa sebanyak 6,8 juta petugas Pemilu 2024 telah melakukan skrining kesehatan sebelum bertugas. Namun, hanya 6,4 juta orang yang dinyatakan sehat dan tanpa risiko tinggi.
"Risiko tingginya itu paling banyak hipertensi. Banyak sekali, masyarakat Indonesia yang terkena hipertensi. Jadi makannya tolong diatur, jangan banyak-banyak garam, gula, dan lemak. Rokok juga kalau bisa dikurangi," imbuh Budi.