Pegiat Komunitas Arus Informasi Santri (AIS) Nusantara dalam kegiatan Kopdarnas 3 tahun 2017 di Bandung, Jawa Barat. (Foto: AIS Nusantara)
Arus Informasi Santri (AIS) Nusantara hadir dalam rangka mewarnai media sosial dengan menyajikan dakwah ala santri. Tak ayal, sejak Kopdarnas 4 di Purworejo, Jawa Tengah, organisasi yang berdiri pada 3 April 2016 itu mengusung tagar #IndonesiaLebihNyantri.
“Dengan tagar itu kami ingin sekali orang yang belum mondok, mereka akan tertarik dengan keunikan dunia santri yang pada akhirnya mereka punya keinginan untuk merasakan juga menjadi santri, maka kami ingin Indonesia lebih nyantri artinya generasi Indonesia ke depannya semakin banyak yang menjadi santri,” kata Ahmad Qomaruddin, Koordinator Nasional AIS Nusantara, kepada NU Online pada Selasa (15/10).
Tagar tersebut tidak hanya termaktub dalam setiap konten yang dibuatnya, tetapi juga pada substansi konten itu sendiri. Baik pada kata-katanya yang sarat akan pengetahuan agama Islam ala Ahlussunah wal Jamaah An-Nahdliyah dan humor, juga foto dan gambar yang ditampilkannya.
Hal itu sejalan dengan visi yang diusung oleh AIS Nusantara, yakni Digitalisasi Dakwah Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah. "Pesantren-pesantren di bawah naungan Nahdlatul Ulama kelak akan unggul di segala bidang, termasuk menguasai bidang teknologi dan media sosial, sebagai sarana dakwah yang berasaskan ahlus sunnah waljamaah," kata Qomar penuh tekad.
Tak ayal, dalam waktu tiga tahun ini, AIS Nusantara sudah memiliki tujuh regional, yakni Lampung, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Hal itu tak lepas dari sosialisasi yang masif, baik melalui jalur daring (online), maupun berkunjung ke pesantren-pesantren di berbagai wilayah.
"Sementara ini, alhamdulillah sudah ada tujuh regional yang terbentuk. Itu bisa terwujud dengan sosialisasi kita via online dan juga roadshow mengisi ngaji sosmed di beberapa wilayah, yang kemudian dari para pesertanya berminat untuk bergabung dengan AIS Nusantara," jelas santri Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah, Kedoya, Jakarta Barat itu.
Lebih lanjut, Qomar menjelaskan bahwa syarat pembentukan regional adalah setidaknya terdapat 20 pesantren yang siap dengan timnya masing-masing untuk bergabung. "Jika syaratnya sudah terpenuhi, pembentukan regional di wilayah tersebut dapat dilaksanakan," katanya.
AIS Nusantara sendiri tidak memiliki target tertentu dalam pembentukan regional tersebut. Namun yang pasti, menurut Qomar, organisasi terus berjalan dalam sosialisasi di pesantren-pesantren mengingat masih ada beberapa pesantren yang membatasi diri dari dunia digital.
"Kita perlu sosialisasikan dulu, agar supaya mereka membuka diri, dan akhirnya mau bergabung dan bergerak bersama," ujarnya.
Qomar sendiri mulai menghimpun para admin Instagram sejak Februari 2016 untuk bersatu dalam wadah bersama. Ia dengan akun bentukannya, @galerisantri, berkirim pesan ke akun-akun santri lainnya, seperti alasantri, santrikeren, cahpondok, dan sebagainya. Banyaknya akun santri dengan gaya dan ciri khas masing-masing membuatnya berpikir untuk membentuk wadah bersama.
"Dari sana saya berfikir, sepertinya akun-akun tersebut belum ada wadahnya, alangkah bagusnya jika seandainya dibuatkan satu wadah untuk bisa saling sharing dan melakukan gerakan bersama," kata pria yang pernah mengenyam studi aliyah di Pondok Pesantren Raudlatul Mutaalimin Kasui, Waykanan, Lampung itu.
Setelah berkirim pesan dengan maksud inisiatif membentuk wadah silaturahim dan ajang berbagi bersama itu, akhirnya dibentuklah grup WhatsApp Admin Instagram Santri (AIS). Seiring berjalannya waktu, semakin banyaklah anggota grup tersebut.
"Jadi, murni tujuan awal terbentuknya AIS adalah untuk saling silaturahmi antar admin dan wadah sharing seputar cara mengelola media sosial," ujarnya.
Perubahan Kepanjangan AIS
Kepanjangan AIS sendiri berubah dari Admin Instagram Santri menjadi Arus Informasi Santri pada Kopdarnas 2 AIS Nusantara, April 2017 di Pondok Pesantren Sabilurrasyad Malang, Jawa Timur. Pasalnya, banyak anggota yang bukan saja admin Instagram, melainkan aktivis di media sosial lainnya, seperti Facebook, Twitter, hingga pemegang situs web pesantren.
"Kami sepakat mengganti kepanjangan dari Admin Instagram menjadi Arus Informasi, karena waktu itu anggota AIS sudah makin banyak, dan bukan cuma admin Instagram, tapi juga ada yang aktif di website, Twitter, Fanspage, YouTube dan lain-lain, maka kami merasa istilah admin Instagram sudah saatnya diganti," katanya.
Istilah Arus Informasi Santri, jelasnya, selain sebagai nama baru, tapi juga menjadi doa dan semangat baru dengan harapan menjadi arus besar yang mengalirkan berbagai informasi keislaman yang ramah dan cinta damai, khususnya informasi seputar dunia pesantren dan santri.
Karena perkembangan itulah, AIS Nusantara tidak hanya sebagai wadah akun-akun santri, tetapi juga menjadi akun tersendiri di semua platform media sosial dan situs web. Bahkan, saat ini AIS Nusantara sudah memiliki aplikasi tersendiri yang sudah bisa diunduh di Google Play dan Appstore.
Saat ini, AIS Nusantara tengah mengembangkan sebuah platform digital tersendiri. "Kemudian insyaallah ke depannya mau dibuat sosial media seperti facebook," katanya.