Nasional

Akademisi: Guru Tetap Jadi Teladan Kejujuran meski Seorang Menteri Pendidikan Terlibat Korupsi

Selasa, 9 September 2025 | 21:30 WIB

Akademisi: Guru Tetap Jadi Teladan Kejujuran meski Seorang Menteri Pendidikan Terlibat Korupsi

Gambar hanya sebagai ilustrasi berita. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online

Kasus korupsi yang menjerat mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim dalam pengadaan laptop Chromebook menjadi sorotan publik.


Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Nasiruddin, menilai setiap kasus korupsi pejabat publik akan selalu berdampak terhadap moral dan persepsi masyarakat.


"Namun, penting menjaga prinsip praduga tak bersalah sambil menuntut transparansi dan perbaikan sistem," jelasnya saat dihubungi NU Online pada Selasa (9/9/2025).


Ia menekankan, seorang pejabat publik, terlebih menteri pendidikan, seharusnya menjaga integritas setinggi-tingginya. Meski menyandang status tersangka, menurutnya, belum tentu Nadiem Makarim bersalah. Karena itu, transparansi dan akuntabilitas penuh diperlukan agar kepercayaan publik tidak runtuh.


Menurutnya, dunia pendidikan harus tetap berjalan. Guru dan siswa tidak boleh larut dalam kekecewaan.


"Justru ini momentum memperkuat budaya jujur, mengawal kebijakan, dan memastikan program belajar tidak terhenti. Integritas pemimpin adalah teladan, namun ketahanan moral ekosistem pendidikanlah yang menjamin masa depan," jelasnya.


Ia menambahkan, jika seorang pemimpin bahkan menteri pendidikan melakukan tindak pidana korupsi, bukan berarti nilai kejujuran ikut hilang.


Guru tetap bisa menjelaskan kepada murid bahwa teladan sejati tidak hanya berasal dari pejabat, melainkan dari guru, orang tua, tokoh masyarakat, atau para pahlawan yang telah membuktikan sikap amanah dan integritasnya.


"Dari kasus ini, kita bisa belajar bahwa sikap tidak jujur selalu membawa kerugian, sementara kejujuran akan menjaga martabat seseorang," terangnya.


Ia menegaskan bahwa orientasi pendidikan tidak boleh sebatas mengejar nilai dan ijazah, tetapi juga pembentukan karakter. Anak-anak harus dibiasakan dengan kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap sesama.


Nasiruddin menekankan, hal itu tidak hanya didapat melalui pelajaran, tetapi juga melalui teladan nyata dari guru dan lingkungan sekolah yang bersih dari praktik kecurangan.


"Dengan begitu, pendidikan benar-benar menjadi tempat lahirnya generasi yang berakhlak mulia," tuturnya.


Lebih lanjut, Nasiruddin menilai siswa perlu dilatih berpikir kritis dan berani menyuarakan kebenaran. Mereka tidak boleh takut mengkritisi hal yang salah, meskipun dilakukan oleh orang yang berkuasa.


Menurutnya, sikap tersebut akan membentuk keberanian moral sehingga ketika kelak menjadi pemimpin, mereka tetap teguh menjaga kebenaran dan keadilan.


"Jika langkah-langkah ini dijalankan, maka sekolah akan melahirkan generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga berkarakter, berintegritas, dan kompeten," ucapnya.


"Dengan demikian, kita tidak lagi bergantung pada figur pemimpin tertentu untuk dijadikan teladan, karena setiap anak bangsa bisa tumbuh menjadi teladan itu sendiri bagi lingkungannya," lanjut Nasiruddin.


Sementara itu, Dosen Program Studi Pendidikan Nonformal Universitas Negeri Semarang (Unnes), Ilyas, menyayangkan keterlibatan mantan Mendikbudristek Nadiem Makarim yang melakukan korupsi. Padahal, seharusnya ia memberi teladan bagi dunia pendidikan.


"Kalau nanti Mas Nadiem ini terbukti secara hukum memang nyuri uang rakyat, ya kita kena musibah betul. Saya prihatin betul," ujamemang


Ia mengingatkan bahwa masyarakat Indonesia sebaiknya tidak terlalu berharap berlebihan kepada seorang figur publik. Sebab, secara esensial setiap orang punya kelebihan dan kekurangan.


Menurutnya, banyak tokoh publik yang kini menjabat di posisi penting negara adalah lulusan perguruan tinggi. Namun sisi negatifnya, kampus kerap hanya melahirkan orang pintar, tetapi tidak berakhlak.


"Sementara pendidikan pesantren bisa menghasilkan orang baik, tapi tidak hidup (menjadi figur publik)," ungkapnya.