Akhiri dan Awali Tahun, Lihat Masa Lalu untuk Masa Depan
Sabtu, 31 Desember 2022 | 19:15 WIB
Mengakhiri tahun 2022 dan mengawali 2023 menjadi momen untuk melihat apa yang terjadi pada tahun kemarin dan persiapkan diri menghadapi tahun depan. (Foto: ilustrasi/freepik)
Bandarlampung, NU Online
Di penghujung 2022 sekaligus memasuki tahun 2023, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof KH Mohammad Mukri mengajak seluruh elemen masyarakat Indonesia melakukan evaluasi pada apa yang telah terjadi sekaligus persiapan diri menghadapi apa yang bakal terjadi.
"Mari belajar dan melihat apa yang terjadi pada tahun kemarin dan persiapkan diri menghadapi tahun depan. Lihat masa lalu untuk masa depan," katanya saat perbincangan dengan NU Online di penghujung tahun 2022, Sabtu (31/12/2022).
Menurutnya evaluasi masa lalu sangat penting karena bisa menjadi bekal penting dalam menghadapi masa depan yang semakin komplek. Perubahan tatanan sosial dan budaya yang semakin komplek diiringi dengan berbagai percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan tantangan tahun depan semakin beragam.
Perintah untuk melakukan evaluasi dan persiapan diri ini juga merupakan perintah agama. Dalam Islam, perintah ini termaktub dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 18 yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
Jadi menurutnya, sebuah perintah yang masuk dalam dimensi agama bisa disebut sebagai sebuah ibadah yang memiliki banyak hikmah. Terkait dengan pergantian tahun ini, maka hikmah yang bisa diambil adalah adanya kemampuan setiap individu dalam menghadapi perubahan di masa yang akan datang.
Berbagai perubahan ini, lanjutnya jangan sampai menjadikan polarisasi di tengah masyarakat. Semua perubahan harus menjadikan setiap individu semakin menguatkan harmoni kehidupan di tengah keragaman. Saling bekerjasama menjadi solusi untuk memberi yang terbaik bagi diri pribadi keluarga, bangsa dan agama.
Terlebih fakta dan sudah menjadi sunnatullah bahwa Indonesia diciptakan oleh Allah dalam kebinekaan. Karunia Allah ini menurutnya bukan untuk dibeda-bedakan atau dipertentangkan, namun sebaliknya menjadi energi untuk menjadikan Indonesia semakin indah dan menawan.
"Bangsa Indonesia itu bangsa yang sangat bhineka. Tidak ada pilihan untuk menjaga harmoni di tengah keragaman ini kecuali saling menghargai dengan memanusiakan manusia," jelas Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar Jawa Timur ini.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan