Sosok KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sangat penting untuk terus dikenalkan kepada publik luas, lintas generasi, dari masa ke masa. (Foto: dok NU Online)
Bekasi, NU Online
Sosok KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sangat penting untuk terus dikenalkan kepada publik luas, lintas generasi, dari masa ke masa.
Sekretaris Lembaga Ta'lif wa Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) H Hamzah Sahal menjelaskan beberapa alasan betapa pentingnya Gus Dur untuk terus dikenalkan.
"Tidak ada mantan presiden yang serelevan Gus Dur. Tulisan-tulisannya banyak yang masih relevan," ujar Hamzah dalam Komunitas Meeting Gusdurian Bekasi Raya di SMK Tiara Bangsa, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, pada Selasa (27/12/2022) malam.
Bahkan, kata Hamzah, humor-humor Gus Dur dimuat di semua media massa hingga kini. Inilah yang tidak ada pada diri presiden-presiden sebelum Gus Dur seperti Soekarno, Soeharto, dan BJ Habibie.
"Gus Dur ini untung punya basis massa yang sangat kuat," kata Hamzah.
Ia kemudian teringat pepatah yang berbunyi 'tak kenal maka tak sayang'. Betapa pentingnya saling mengenal, karena kalau tidak maka akan sangat berbahaya.
Menurut Hamzah, pepatah itu betul-betul terjadi. Misalnya saat ada orang yang dengan mudah melecehkan tokoh seperti Gus Dur. Perilaku melecehkan itu bukan lantaran orang tersebut memiliki watak yang jahat, tetapi karena tidak mengenal.
"Orang mengolok-olok Gus Dur itu bukan karena dia jahat, karena dia tidak tahu. Dia nggak ada niat jahat, tapi karena dia nggak kenal maka dia melecehkan, tak sayang jadinya. Ini tantangan kita," ucap Hamzah.
Di hadapan para penggerak Gusdurian Bekasi Raya, Hamzah menegaskan bahwa nilai-nilai Gus Dur sangat dibutuhkan oleh warga Bekasi yang memiliki penduduk heterogen.
"Nilai Gus Dur itu sangat pas kalau di Bekasi. Kalau di Jombang atau daerah yang sangat homogen, orang bicarakan (nilai) kesetaraan itu susah. Ini sangat relevan di tengah masyarakat yang heterogen secara sosiologis seperti Bekasi," katanya.
Baca Juga
Ketika Polisi Hentikan Mobil Gus Dur
Tetapi Hamzah mengingatkan bahwa memperkenalkan Gus Dur di Bekasi sangat sulit. Sebab Bekasi tidak seperti Jawa Tengah atau Jawa Timur yang sudah sangat familiar dengan Gus Dur.
Di kota-kota metropolitan, seperti Bekasi, Hamzah menyarankan agar para penggerak Gusdurian mampu mengenalkan Gus Dur kepada publik dengan cara yang kreatif.
Misalnya melakukan sosialisasi tentang Islam ramah ala Gus Dur di arena Car Free Day (CFD) pada akhir pekan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah membuat buletin tentang sosok Gus Dur yang humanis itu lalu diberikan kepada orang-orang yang ada di arena CFD.
Mengenalkan Gus Dur ke Anak
Hamzah menceritakan bahwa dirinya punya cara tersendiri untuk mengenalkan Gus Dur ke anaknya yaitu dengan menceritakan kesukaan Gus Dur pada musik dan sepakbola.
"Itu cara saya mengenalkan Gus Dur kepada generasi yang sama sekali nggak tahu (Gus Dur)," tuturnya.
Jarak yang sangat jauh itu sebagaimana Hamzah dengan KH Hasyim Asy'ari. Ia dengan Mbah Hasyim memiliki jarak yang sangat jauh soal umur, generasi, sejarah, kontak sosial, dan ilmu pengetahuan.
"Jaraknya sangat jauh. Saya lahir tahun 1979, Mbah Hasyim wafat tahun 1947. Hampir 40 tahun. Anak saya juga begitu dengan Gus Dur yang wafat 2009 dan anak saya baru lahir tahun 2011. Itu bahkan lebih dekat," jelas Hamzah.
"Kalau saya kan meskipun jauh karena saya santri, mengerti kitabnya Mbah Hasyim, tapi anak saya belum tentu ini. Itu gambaran tidak mudahnya mengenalkan tokoh Gus Dur ke publik luas," pungkas Hamzah.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan