Foto kenangan Fachry Ali (berkaos merah) bersama Gus Dur (kanan) di Australia. (Foto: Dok pribadi Fachry Ali)
Jakarta, NU Online
Pada tahun 1991 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur berkunjung ke Australia untuk mengisi sebuah acara. Saat itu, ia transit di rumah kontrakan Fachry Ali dan bertemu dengan sejumlah Indonesianis. Antara lain Martin Van Bruinessen, William Liddle, Mitsuo Nakamura, dan Herbert Feith.
Untuk tokoh yang disebut terakhir, Gus Dur punya pengalaman lucu sekaligus membuatnya ‘trauma’ hingga enggan lagi menaiki mobilnya Herbert Feith. Hal ini sebagaimana dikisahkan Fachry Ali dalam sebuah tayangan video di channel YouTube Kolom Fachry Ali (KOFI TV) bertajuk Cerita Jenaka KH Abdurrahman Wahid tentang Herbert Feith, diakses NU Online pada Kamis (5/1/2023).
“Suatu hari saya membawa Kiai Abdurrahman Wahid dengan mobil saya untuk jalan-jalan ke Gunung Dandenong. Jaraknya kira-kira 15 km dari Clayton (rumah Fachry Ali),” kenang Fachry.
Diceritakan, sebelum berangkat ke gunung Dandenong, Herbert Feith datang dengan membawa mobil tuanya. Karena merasa masih junior, Fachry meminta Gus Dur untuk naik mobilnya Herbert Feith karena di dalamnya ada Mitsuo Nakamura dan Martin Van Bruinessen. Namun, Gus Dur menolak dan ingin berangkat pakai mobil Fachry.
“Akhirnya bergeraklah bersama-sama. Di mobil Herbert Feith itu ada antropolog asal Jepang, Mitsuo Nakamura. Lalu, Martin Van Bruinessen dan seseorang bernama Beni,” ungkapnya.
Di Dandenong, lanjut Fachry, rombongan mampir di sebuah kafe untuk menikmati makanan dan minuman dengan suasana alam yang indah dan punya daya tarik tersendiri. Setelah dianggap cukup, akhirnya semua kembali ke Clayton.
Saat sampai rumah, Fachry merasa kaget ketika menyaksikan wajah Beni yang terlihat gugup. Tanpa pikir panjang, Fachry pun langsung bertanya pada Beni.
“Saya tanya kenapa kamu gugup, Ben? Bagaimana (tidak gugup), Pak Herb, Herb ini panggilan kependekan dari Herbert Feith, Pak Herb itu kalau bawa mobil membuat kita takut,” sambungnya.
Kemudian Beni menjelaskan bahwa mobil Herbert Feith sudah cukup tua yang tentu saja punya aneka kekurangan. Misalnya, jika pedal gasnya diinjak sampai dalam pun tidak bisa membuat mobil itu berlari kencang.
“Kemudian setiap ada orang yang berbicara di belakangnya (Herbert Feith), maksudnya orang yang duduk di kursi belakang, Pak Herb malah menengok ke belakang. Sementara mobil sedang berada di gunung dan menanjak. Untung kami sampai sini dengan selamat,” jelas Fachry menirukan Beni.
Mendengar jawaban Beni, Fachry langsung menerka mungkin hal itulah yang menjadi alasan Gus Dur enggan naik mobil bersama Herbert Feith. Untuk memastikan, Fachry menanyakannya langsung pada Cak Dur, panggilan khas Fachry Ali pada Gus Dur.
“Oh, jadi itu alasannya Cak Dur tidak mau naik mobil Pak Herb. Kata Kiai Abdurrahman Wahid, bukan hanya itu. Saya pernah naik mobil itu tidak melewati pintu. Tapi, lewat jendela karena pintunya tidak bisa dibuka,” pungkas Fachry sambil tertawa.
Pewarta: Aiz Luthfi
Editor: Musthofa Asrori