Angkringan Tridaya Karla, Tongkrongan Komunitas Multietnis dan Agama di Lasem
Senin, 31 Oktober 2022 | 09:15 WIB
Angkringan Tridaya Karla kerap dikunjungi oleh masyarakat multietnis Lasem dari berbagai agama dan kepercayaan yang ada, seperti masyarakat yang beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. (Foto: NU Online/Afina)
Rembang, NU Online
Angkringan menjadi tempat pilihan yang asyik untuk berbincang-bincang sembari menyeruput hangatnya kopi di kala sore hingga petang datang. Dikenal dengan harganya murah dan varian pilihan makanan yang beragam menjadikan angkringan banyak diminati oleh berbagai kalangan masyarakat termasuk di salah satu angkringan Tridaya Karla yang berada di Lasem, Rembang, Jawa Tengah.
Angkringan Tridaya Karla kerap dikunjungi oleh masyarakat multietnis Lasem dari berbagai agama dan kepercayaan yang ada, seperti masyarakat yang beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha.
Pemilik angkringan, Antoro Aji Nugroho yang merupakan seorang muslim menuturkan sering kali teman-teman dari panti asuhan Marganingsih yang notabenenya beragama Katolik datang untuk menikmati makanan minuman yang dijajakan dari habis ashar hingga subuh datang.
“Selain itu juga banyak anak-anak pondok, teman-teman mahasiswa, teman-teman komunitas seni, komunitas sastra, komunitas lingkungan hidup, serta warga sekitar dan masih banyak lainnya yang datang untuk sekadar membeli makanan atau melakukan pertemuan,” paparnya kepada NU Online, Sabtu (29/10/2022).
Angkringan dengan desain antik miliknya itu berbahan bambu yang di susun kemudian dilengkapi kursi-kursi kayu. Meski terlihat sederhana namun angkringan itu cukup lengkap menjual berbagai makanan dan minuman seperti kopi, teh, berbagai es rasa-rasa, nasi kucing, gorengan, mie instan dan lain sebagainya.
Angkringan milik Aji menjadi salah satu alternatif yang tepat untuk dipilih sebagai tempat untuk menikmati suasa angin sore atau malam hari dan juga ditemani kopi lelet khas Lasem yang lembut. Segelas kopi lelet hanya dibandrol dengan harga 3.000-4.000 rupiah saja.
Sejak satu tahun yang lalu (2021), Aji mendirikan angkringan yang berada di depan rumahnya itu dengan maksud sebagai tempat interaksi masyarakat sekitar sembari menikmati makanan yang disediakan. Ia berharap tempat yang dibuatnya dapat dijadikan sarana untuk berkumpul masyarakat berbagai etnis yang ada di Lasem khususnya di lingkungan sekitarnya.
“Alhamdulillah tempat ini sering dipakai berkumpul masyarakat berbagai komunitas yang meskipun tidak buka selama 24 jam namun kadang kala ada yang sampai asyik mengobrol dan nongkrong hingga subuh datang. Biasanya yang seperti itu sedang membahas sesuatu kegiatan atau pembahasan penting lainnya,” paparnya.
Tidak hanya sebagai tempat ngopi dan nongkrong saja menurutnya angkringan tridaya karla kerap dijadikan sebagai tempat diskusi berbagai hal seperti dalam hal memajukan Lasem dengan kegiatan-kegiatan positif agar dapat dikenal masyarakat luas dengan tradisi dan budayanya yang ada.
Saat pelanggan datang kerap kali ia bergabung untuk membicarakan berbagai hal, sehingga ia melihat secara umum masyarakat dari berbagai etnis dan kepercayaan yang ada di Lasem memiliki sikap toleransi yang tinggi serta sama-sama memiliki visi ke depan untuk memajukan kota yang dikenal dengan batik tulisnya itu.
“Hanya saja masih perlu sinergi dan dukungan yang kuat dalam hal birokrasi terutama pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam memajukan potensi-potensi yang dimiliki Lasem sebagai kota yang memiliki bersejarah tinggi yang sebenarnya dapat menjadi aset berharga,” ungkap Aji.
Salah satu pelanggan angkringan tridaya karla, Ayu Lestari mengungkap kegemarannya nongkrong sembari menikmati hangatnya kopi bersama kawan-kawannya di sana. Terletak di depan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Lasem dan pondok pesantren Kauman Lasem menjadikan angkringan tersebut menjadi strategis dan banyak disinggahi oleh mahasiswa maupun santri.
“Saya terhitung sering datang ke sana karena kebetulan basecamp Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) komisariat Al Hidayat Lasem berada di dekat sana sehingga sembari berkunjung ke basecamp juga saya sering mampir ngopi di angkringan karla,” terang perempun yang hobi sastra itu.
Tidak hanya dirinya yang gemar memesan kopi dengan ciri khas kental dan manis itu, banyak masyarakat non muslim khususnya Tionghoa lokal yang berlalu lalang di sekitar jalan dan mampir di angkringan tersebut. Ayu kerap kali berinteraksi dengan kawannya keturunan Tionghoa di angkringan karla sembari makan gorengan dan menyeruput kopi hangat.
Seringnya bercengkrama dengan kawannya yang bermarga Lie itu menjadikan Ayu banyak belajar memahami karakter masyarakat Tionghoa, mengenal budaya dan sejarah-sejarah yang dimiliki masyarakat Tionghoa.
Ia mengaku betah berlama-lama nongkrong di angkringan milik Aji itu, mengingat tempatnya yang cukup luas seperti sedang berada di halaman rumah yang dilengkapi dengan gazebo-gazebo dan juga taman baca yang rencanaya akan diresmikan bulan depan.
Selain itu juga letaknya yang strategis berada di tengah-tengah jalan kota pusaka desa Karangturi dan di belakangnya terdapat rumah kuno peninggalan Tiongkok yang hingga sekarang masih dikelola dengan baik.
“Sehingga menjadi nyaman berbincang tentang kekayaan budaya di Lasem dan yang kerap saya obrolkan yakni program batik Lasem yang saat ini diinovasikan menjadi suatu proyek fashion week setiap malam ahad. Selain itu juga membicarakan pasar Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang rutin diselenggarakan setiap hari Sabtu dan Ahad serta membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Lasem,” ujarnya.
Angkringan karla menjadi salah satu tempat di Lasem yang mampu menyatukan masyarakat berbagai etnis dan kepercayaan untuk berkumpul dalam bingkai kebersamaan semasa manusiaan dan mengedepankan penghargaan satu sama lain. Keberadaan angkringan milik Aji menjadikan masyarakat satu sama lain saling sapa saat sama-sama berada di angkringan miliknya.
Penulis: Afina Izzati
Editor: Fathoni Ahmad
===================
Liputan ini hasil kerja sama dengan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI