Presiden Joko Widodo saat menghadiri ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference atau ASEAN IIDC di Jakarta pada Senin (7/8/2023) (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Isu-isu internasional yang makin kompleks menjadi tantangan baru bagi diplomasi untuk melakukan upaya penyelesaian konflik. Nahdlatul Ulama (NU), sebagai kekuatan Islam yang berperan penting dalam konteks global, semakin mengokohkan perannya dalam isu-isu strategis.
Melalui sejumlah perhelatan di level internasional yang berlangsung di bawah komando Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya NU sejak akhir 2022 lalu, NU telah menunjukkan komitmennya untuk terus mendorong dialog dan kolaborasi antaragama demi menciptakan masyarakat global yang berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan dan kerukunan.
Forum-forum internasional besutan NU tersebut merupakan langkah konkret dalam menjalankan komitmen tersebut serta mengambil peran dalam merespons tantangan global dengan perspektif agama yang terbuka.
Terbaru, NU menggagas sebuah forum dialog yang melibatkan pemuka agama, cendikiawan, serta pemangku kebijakan. Forum tersebut adalah ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference atau ASEAN IIDC di Jakarta pada Senin, 7 Agustus 2023 lalu.
Pengamat Hubungan Internasional Central China Normal University (CCNU), Ahmad Syaifuddin Zuhri, melihat forum yang mengumpulkan pemimpin agama, akademisi, dan tokoh masyarakat dari seluruh kawasan untuk berdiskusi dan merumuskan solusi atas isu-isu global yang melibatkan keragaman agama dan budaya sebagai agenda penting yang membawa dampak positif di Asia Tenggara.
“Pertemuan ASEAN IIDC yang digagas PBNU dan didukung pemerintah RI sangat penting sekali, yang tidak hanya dialog, PBNU bersama organisasi, lembaga negara dan stakeholders yang lain di ASEAN juga bisa mendorong pertemuan ini nantinya menjadi praktIk dan teladan global dalam praktek harmonisasi dengan latar belakang keanekaragaman budaya dan agama pada masyarakat ASEAN," jabar Zuhri kepada NU Online, Kamis (24/8/2023).
Ia melanjutkan, masyarakat di kawasan Asia Tenggara memiliki akar budaya yang serumpun, yang terhubung dari generasi ke generasi dan menjadi cermin dari kekayaan warisan sejarah dan keanekaragaman tradisi yang membentuk identitas kawasan ini. Meskipun terdiri dari berbagai negara dengan etnis, bahasa, dan agama yang berbeda, kesamaan dalam nilai-nilai fundamental telah menjalin benang merah dalam budaya masyarakat ASEAN.
“Masyarakat ASEAN memiliki akar budaya yang hampir serupa dan semangat keagamaan yang makin meningkat. Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN menjadi lokomotif dalam praktek sebagai wujud epicentrum for Harmony,” ujar Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta itu.