Jombang, NU Online
Direktur Aswaja Center Jawa Timur, KH Ma'ruf Khozin menegaskan bahwa ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) yang ditawarkan NU berbeda dengan Aswaja kelompok lain yang belakangan juga ramai bermunculan. Aswaja versi NU punya nasab keilmuan dan bermazhab.
"Kita patut bersyukur dilahirkan di NU, karena semua amal dan ajarannya ada gurunya. Kita shalat ada tuntunan dari guru. Jadi besok di akhirat kita bisa jawab bahwa ikut shalatnya KH Hasyim Asy'ari, bukan YouTube," ujarnya saat menjadi nara sumber di Pengajian Aswaja Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan di kompleks Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, Rabu (02/01).
Menurutnya, saat ini banyak kelompok Jamaah yang dengan mudah menyalahkan amaliah NU. Mereka bahkan menuding amaliah NU sebagai bid’ah. Tidak hanya itu, muncul anggapan bahwa warga NU hanya hafal surat Yasin karena hanya surat itu yang rutin dibaca dalam berbagai kelompok pengajian masyarakat. Padahal nyatanya banyak santri NU yang hafal Al-Quran.
"Sekarang itu ada tulisan yang disebarkan kemana-mana yang memuat hadits tentang anjuran baca surat kahfi di hari jumat. Dalam tulisan tersebut ada narasi ikut NU malam jumat baca yasin dan ikut nabi baca kahfi. Padahal baca yasin dan kahfi sama-sama ada haditsnya. Dan pesantren-pesantren mengamalkan dua-duanya," beber Kiai Maruf.
Dikatakannya, sikap yang menyalahkan amalan NU seperti tahlilan dan pembagian 'berkat' masih ada. Walaupun sudah dijelaskan dengan dalil aqli dan naqli, namun mereka tetap menuding amaliah NU adalah sesat. Padahal amaliah NU memiliki nasab yang jelas hingga sampai kepada Rasulullah SAW.
"Islam masuk ke Indonesia tidak datang secara mudah. Harus dibawa oleh para da’i terbaik zaman itu dan strategi terbaik pula. Kita bersyukur ajaran NU nyambung ke mereka hingga nabi Muhammad SAW. Ini membuat NU berbeda dan harus dipertahankan," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, KH Wafiyul Ahdi menegaskan bahwa pembekalan tersebut sebagai langkah untuk memastikan semua elemen Bahrul Ulum tetap berada di jalur Nahdlatul Ulama.
"Kita tidak ingin ada yang menyimpang dari NU, peserta kegiatan ini adalah para ustaz dan guru yang setiap hari berinteraksi dengan santri. Jadi istilahnya acara ini seperti isi ulang baterai. Biar semangat lagi dan hidup terus ajaran Aswajanya," jelasnya (Syarif Rahman/Aryudi AR) .