Subang, NU Online
Dalam sebuah kegiatan di Kabupaten Subang beberapa waktu lalu, Pengasuh Pesantren Al-Mizan Majalengka, KH Maman Imanulhaq bercerita mengenai “karomah” Gus Dur yang dirasakan olehnya. Diceritakan bahwa suatu hari Kiai Maman ditanya oleh Gus Dur.
<>
“Kang Maman udah punya rumah belum?” tanya Gus Dur
“Belum Gus, ada juga garasi punya mertua, saya bikin rumah,” jawab Kiai Maman.
“Oh kalau begitu tidak apa-apa,” tukas Gus Dur enteng.
“Nanya kok gak apa-apa Gus?” kata Maman dalam hatinya penuh dengan pertanyaan.
Setahun kemudian, Kiai Maman berkesempatan ziarah dengan Gus Dur ke makam Sunan Gunung Jati Cirebon, tiba-tiba disana Gus Dur pegang tangan Kiai Maman sambil memberi pasir.
“Kiai Maman mulai besok bangun rumah ya, ini pasirnya,” ujar Gus Dur.
Dalam hati Kiai Maman berpikir dan bertanya-tanya, kok nyumbang pasir hanya segenggam?
Tapi anehnya Gus Dur mengulangi ucapannya itu agar Kiai Maman segera membangun rumah.
“Pokoknya besok mulai saja bangun rumah, berapa pun anda punya uang,” kata Gus Dur kepada Kiai Maman.
Esoknya, dengan modal 60 juta rupiah Kiai Maman memberanikan diri untuk mulai membangun rumah.
“Pada saat membangun rumah itu betul-betul Allah memudahkan, salah satunya ketika belanja bahan bangunan ke seorang China, dia ngasih pinjaman, kita ngambil seluruh kebutuhan bahan bangunan, hanya karena satu hal, dia tahu bahwa saya dekat dengan Gus Dur. Kemudahan itu yang membuat rumah saya selesai dibangun,” paparnya.
Malahan, lanjut Kiai Maman, “ada beberapa bahan bangunan yang diikhlashkan. Kenapa? Karena orang China itu merasa bahwa Gus Dur telah memberikan ‘ruh’ bagi kehidupan mereka waktu Gus Dur jadi Presiden. Ada semacam keterkaitan antara perjuangan Gus Dur terhadap kaum minoritas, dalam hal ini kaum Tionghoa,” tambahnya.
Alhamdulillah, rumah Kiai Maman sudah terbangun cukup megah, berlantai dua dan sering dikunjungi oleh banyak orang dari berbagai kalangan mulai dari rakyat biasa, sampai para tokoh nasional seperti menteri dan jenderal.
“Gus Dur waktu itu bilang, ini bukan hanya sekedar rumah untuk dirimu, tetapi ini adalah rumah kemanusiaan, karena semua bisa masuk” pungkasnya (Aiz Luthfi/mukafi niam)