Basis NU Berkembang Cepat, Gus Yahya Ingin Lakukan Pelayanan di Akar Rumput
Jumat, 3 November 2023 | 18:00 WIB
Ketum PBNU Gus Yahya saat menyampaikan arahan dalam Kegiatan Pelibatan Masyarakat dalam Program Ketahanan Keluarga di Hotel Savoy Homann, Bandung, Jumat (3/11/2023). (Foto: Swara NU/Aji)
Bandung, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menjelaskan, saat ini PBNU tengah menjalankan paket ketiga dari keseluruhan agenda transformasi jamiyah atau perkumpulan NU, yakni membangun pola kegiatan yang berorientasi pada pelayanan basis.
Menurut Gus Yahya, terdapat fenomena basis NU yang berkembang sangat cepat. Hal ini membuatnya ingin melakukan khidmah atau pelayanan yang sesuai hajat di akar rumput.
"Kita ingin membangun pola kegiatan yang berorientasi pada pelayanan basis. Kita harus membawa orientasi aktivis NU buat pelayanan langsung yaitu pada warga. Harus diperluas pelayanan inklusif kepada seluruh masyarakat. Kita ingin kembangkan khidmah yang lebih luas sesuai hajat di akar rumput," ujarnya pada Kegiatan Pelibatan Masyarakat dalam Program Ketahanan Keluarga di Hotel Savoy Homann, Bandung, Jumat (3/11/2023).
Gus Yahya menjelaskan soal fenomena berkembangnya basis NU dengan sangat cepat. Pada 1955, basis warga NU sebanyak 18 persen. Lalu pasca-reformasi mulai muncul data baru tentang warga NU.
"2005 hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI), 27 persen mengaku orang NU. Hasil survei Alvara 2016, orang Indonesia yang mau tahlilan sudah 87 persen, yang mau maulidan 92 persen. Berarti NU memuai, bukan hanya secara jumlah, tetapi secara persentase," imbuhnya.
Sementara survei Indo Barometer pada 2010 warga NU menyatakan bahwa orang yang mengaku dirinya warga NU sebanyak 47 persen. Lalu pada 2018, berdasarkan survei Alvara terdapat 55 persen orang yang mengaku NU.
"Pada 2022, hasilnya sudah 59,2 persen mengaku NU. Survei LSI pada 2023 ada 59,6 persen warga yang mengaku NU. Ini fenomena yang luar biasa. Jadi sekarang NU ini dari awal berdiri terus berkembang dan muncul karekteristik warga yang bertambah. Tahun 1930, NU masih isinya kiai-kiai semua. Tahun 65 isinya macam-macam, ada Oesmar Ismail, ada Jamaludin Malik, ada Asrul Sani, Mahbub Djunaidi," terangnya.
Dari perkembangan basis NU yang semakin cepat itu, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang, Jawa Tengah ini menegaskan bahwa pelayanan NU harus dikembangkan sesuai hajat di akar rumput.
Gus Yahya juga menjelaskan terkait tiga paket transformasi organisasi perkumpulan NU. Agenda transformasi ini, sudah disampaikan oleh Gus Yahya sejak Muktamar Ke-34 NU di Lampung atau saat ia baru terpilih sebagai nakhoda baru NU.
"Sejak muktamar saya menawarkan agenda transformasi. Saya bertekad memenuhi janji itu. Maka saya sejak awal menyebut melamar kerja, kerjanya sudah saya identifikasi yaitu tranformasi organisasi," ujarnya.
Ketiga agenda transformasi organisasi yang dilakukan Gus Yahya adalah pertama, agenda tata laksana organisasi yang meliputi Peraturan Perkumpulan (Perkum) serta digitalisasi administrasi dan urusan organisasi.
Kedua, sistem organisasi yaitu PD-PKPNU (Pendidikan Dasar Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama), PMKNU (Pendidikan Menengah Kepemimpinan Nahdlatul Ulama), AKN-NU (Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama).
Ketiga, pola kegiatan NU. Salah satunya adalah Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU)