Jakarta, NU Online
Buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya. Begitulah ungkapan yang tepat untuk duo kakak beradik, KH Cholil Bisri dan KH Ahmad Mustofa Bisri. Selain sebagai politisi yang pernah duduk di Senayan, keduanya juga dikenal oleh masyarakat sebagai penceramah kondang.
Tak bisa dinafikan lagi, kemahiran Kiai Cholil dan Gus Mus dalam berpidato tentu saja turun dan diilhami oleh sosok ayahandanya, KH Bisri Mustofa. Almaghfurlah Mbah Bisri merupakan sosok singa podium yang disegani banyak orang. Tak pelak, kehadirannya senantiasa ditunggu para jemaah pengajian di manapun tempat yang bakal dihadirinya.
Namun, meskipun keduanya lahir dari rahim yang sama, tentu saja memiliki berbagai sisi yang beda. Salah satunya dalam hal ceramah yang biasa keduanya lakoni. Adalah Ulil Abshar Abdalla, menantu KH Mustofa Bisri, yang mengungkapkan perbedaan keduanya itu dalam hal berceramah.
Saat diundang oleh Komunitas Musisi Mengaji (Komuji) Jakarta dalam acara Picnikustik, Gus Ulil diminta oleh moderator, Ustadz Ibnu Sahroji, untuk lebih dahulu memberikan penjelasannya tentang tasawuf dan konsep ikhlas. Namun, ia menolaknya dan meminta moderator untuk mempersilakan Habib Husein Jafar al-Hadar yang lebih dulu memaparkan perihal dua tema tersebut.
Moderator pun manut. Habib Husein dipersilakan dan langsung menjelaskan tasawuf dan ikhlas disertai analogi dan berbagai contohnya dalam acara yang dihelat di Twin House, Jalan Cipete Raya, Jakarta Selatan, Jumat (28/6) itu.
Selepas Habib Husein menghentikan pembicaraannya, moderator pun mempersilakan kembali Gus Ulil menyampaikan berbagai hal tentang dua tema tersebut. Namun, sebelumnya, lebih dulu menjelaskan alasannya memilih untuk mengambil waktu pemaparannya setelah Habib Husein.
“Saya ingin mengamalkan yang dikisahkan oleh Gus Mus, oleh mertua saya, oleh bapaknya istri saya,” kata suami Ienas Tsuroiya ini.
Gus Ulil mulai menceritakan kisah yang didengar dari mertuanya itu. Suatu hari, Gus Mus ditanya oleh seorang kiai dari Jawa Tengah perihal memilih datang lebih awal atau di akhir acara saat diundang untuk berceramah.
Datang lebih awal, jelas Gus Ulil, tentu akan mendengarkan serangkaian sambutan dari sipil hingga militer. Menyebut demikian langsung disambut gelak tawa para hadirin yang memadati halaman tempat acara. Sementara datang di akhir tinggal naik panggung langsung berceramah tanpa perlu mendengar rentetan pidato yang kerap kali membosankan itu, katanya.
Menjawab hal tersebut, Gus Mus menyebut ada dua mazhab. “Kata Gus Mus, ada dua mazhab,” ujarnya disambut derai tawa hadirin. “Mazhab saya dan mazhab kakak saya. Kakak saya itu artinya Kiai Cholil,” imbuh pengampu pengajian kitab Ihya Ulumiddin daring (online) itu.
Mazhab Kiai Cholil, jelas Gus Ulil, datang menjelang naik panggung. Ayah Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas itu enggan mendengar pidato-pidato orang sebelumnya.
“Kalau saya datang lebih awal, naskah yang sudah saya siapkan bisa terganggu karena saya mendengarkan pidato-pidato orang sebelumnya. Nanti rusak semua. Tidak mau persiapan pidato saya dari rumah terganggu semua,” kata Gus Ulil menjelaskan alasan Kiai Cholil.
Hal tersebut berbeda dengan adiknya, yakni KH Mustofa Bisri yang lebih memilih senang datang lebih awal. “Kenapa? Karena saya gak pernah persiapan,” jelasnya yang sontak disambut ledakan tawa para hadirin yang terdiri dari berbagai kalangan itu.
Jadi, lanjut Gus Ulil, Gus Mus itu melakukan persiapan pidatonya itu dengan mendengarkan pidato sebelumnya. “Jadi saya mengikuti mertua saya,” kata pria asal Pati ini. (Syakir NF/Musthofa Asrori)