Jakarta, NU Online
Hidup seseorang akan terasa sempurna apabila ada yang mengkritik dan mengarahkannya dalam kebaikan, bukan seseorang yang terus menerus menyanjung. Kata bijak menyebut 'Temanmu adalah orang yang selalu menasihatimu, bukan yang selalu menyanjungmu.' Oleh sebab itu, kritikan adalah hal yang wajar dan sangat diharapkan.
Hal ini diungkapkan Pimpinan Majelis Ahbabul Musthofa yang juga Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf melalui kanal Youtube nya, Ahad (19/9).
Namun lanjut Habib Syech, terkadang orang-orang lupa bagaimana adab dan sikap yang baik dalam mengkritik. Ia pun menceritakan sebuah kisah bijak, ketika Sayyidina Hasan dan Husein mengkritik orang tua yang salah dalam berwudhu.
Diceritakan ketika itu Sayyidina Hasan dan Husein melihat orang tua tersebut membasuh tangannya, namun pada bagian sikunya tidak basah. Menanggapi hal itu, keduanya berlomba untuk wudhu, lalu pada bagian tangan, sikunya tidak dibasahkan. Dan salah satu diantara mereka menegur akan kesalahan itu sehingga orang tua tersebut mendengarkan keduanya.
Hal ini menurut Habib Syech termasuk kritik yang paling mengena. Karena keduanya tahu orang tua itu salah dan mereka takut jika nanti menegur, orang tersebut merasa tidak enak hati.
"Kita harus menyampaikan kritik itu dengan adab dan tata cara yang baik, contohnya seperti yang dilakukan oleh Sayyidina Hasan dan Husein," ungkap Habib Syech pada Ahad (19/9).
Pelantun Padang Bulan itu mengungkapkan, dalam mengkritik, tugas seseorang adalah menyampaikan kebenaran. Perihal orang yang dinasihati mengikuti atau tidak, hal tersebut kembali ke hidayah Allah untuknya.
"Kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk mengikuti nasihat yang kita berikan. Sebab hal tersebut dapat membuat kita capek karena memikirkannya setiap hari," tegasnya.
Selain itu, menurut Habib kelahiran Solo, pada 20 September 1961 ini, hal tersebut juga dapat membuat tidak fokus dengan diri serta ibadah kita sendiri.
Salah satu kunci agar nasihat kita diikuti ialah dengan menasihati diri kita terlebih dahulu. Ia mengambil contoh jika ingin menasihati seseorang agar tidak minum menggunakan tangan kiri, maka kita pun harus minum pakai tangan kanan.
Hal itu menurutnya sama, ketika ada orang tua yang memerintahkan anaknya untuk tidak merokok, maka orang tua tersebut harus terlebih dulu tidak merokok, atau minimal tidak merokok dihadapan sang anak.
Kontributor: Disisi Saidi Fatah
Editor: Muhammad Faizin