Bertemu Dubes Mesir, PBNU Usulkan Penambahan Kuota Beasiswa Santri NU di Al-Azhar
Senin, 4 Juli 2022 | 21:45 WIB
Ketua PBNU Gus Fahrur (kedua dari kiri) bertemu Dubes Mesir untuk mengusulkan penambahan kuota beasiswa studi di Universitas Al-Azhar dan mengundang Grand Syekh Al-Azhar dalam agenda Religion Twenty (R20). (Foto: Istimewa)
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Fahrurrozi (Gus Fahrur) bertemu dengan Duta Besar Republik Arab Mesir untuk Indonesia Ashraf Mohamed Moguib Sultan, di Kantor Kedubes Mesir, di Menteng, Jakarta Pusat, pada Senin (4/7/2022).
Gus Fahrur dan Dubes Ashraf berdiskusi kuota beasiswa bagi santri NU yang ingin menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Setiap tahunnya, PBNU memiliki kuota 30 mahasiswa untuk dikirim ke sana.
“Kita juga menanyakan bagaimana kuota beasiswa tahun ini? Tadi langsung dijawab dan diberi surat pemberitahuan beasiswa yang 30 seperti tahun lalu. Tahun kemarin juga ada yang belum berangkat, dia (Dubes Ashraf) bilang masih menunggu proses,” ungkap Gus Fahrur saat ditemui NU Online di lantai 3 Gedung PBNU, Senin sore.
Gus Fahrur juga mengusulkan agar ada penambahan kuota beasiswa. Ia menginginkan, ada 200 mahasiswa setiap tahun yang berangkat ke Universitas Al-Azhar. Kemudian Gus Fahrur meminta Dubes Ashraf untuk menaikkan kuota sebanyak 30 hingga 70 orang, sedangkan sisanya akan ditanggung oleh PBNU.
“Usulan sudah dicatat, akan disampaikan kepada Grand Syaikh Al-Azhar (Ahmad Thayyib). Kami nanti akan tanggung sisanya. Ini kuota mahasiswa untuk semua jurusan, tidak hanya jurusan agama,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Annur 1 Bululawang, Malang, Jawa Timur itu.
Selain itu, kata Gus Fahrur, PBNU mengharapkan agar Al-Azhar menerapkan sistem mu'adalah atau penyetaraan terhadap lembaga-lembaga pendidikan di bawah naungan NU. Kepada Dubes Ashraf, ia menyebutkan bahwa NU memiliki 6000 madrasah dan 28 ribu pesantren yang tidak mungkin datang satu per satu ke Mesir untuk melakukan penyetaraan.
“Dia (Dubes Ashraf) bilang, itu mungkin. Sementara ini Al-Azhar melakukan muadalah hanya dengan lembaga negara atau sekolah. Kalau dengan ormas belum. Tapi itu mungkin saja (dilakukan),” kata Gus Fahrur.
Meski begitu, muadalah bisa berlaku jika terdapat kesamaan. Gus Fahrur kemudian menyebutkan bahwa NU menganut mazhab fiqih Imam Syafi’i dan teologinya bermazhab Imam Asy’ari.
“Jadi harus memiliki kesamaan dulu sehingga muadalah itu berlaku semuanya. Harus sama dan standar, karena kalau tidak itu maka itu menjadi batal,” katanya.
Pada pertemuan itu, Gus Fahrur ditemani beberapa pengurus PBNU. Di antaranya Katib Syuriyah PBNU KH Faiz Syukron Makmun, Wakil Sekretaris Jenderal PBNU HM Silahuddin, dan Anggota Badan Pengembangan Jaringan Internasional PBNU Itho’ Athaillah.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syakir NF