Buka Rakernas LKNU, Gus Yahya: Kita Ingin Buat Sistem Layanan Kesehatan di Lingkungan NU
Jumat, 11 Agustus 2023 | 15:30 WIB
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat memberikan sambutan pada Rakernas Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat (11/8/2023). (Foto: LKNU)
Semarang, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf membuka Rapat Kerja Nasional Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat (11/8/2023).
Di dalam agenda tersebut juga digelar Kongres Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU), Kongres Asosiasi Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (Arsinu), dan Kongres Asosiasi Perguruan Tinggi Kesehatan Nahdlatul Ulama (Aptikesnu).
Secara simbolis, Gus Yahya membuka rangkaian acara itu dengan pemukulan gong. Ia didampingi oleh Ketua LK PBNU dr HM Zulfikar As’ad, Ketua PBNU Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, Ketua PDNU dr Muhammad S Niam, serta pimpinan Arsinu dan Aptikesnu.
Pada kesempatan itu, Gus Yahya mengingatkan agar Rakernas LKNU itu dapat menghasilkan berbagai program konkret untuk dilaksanakan. Agenda dan program-program NU tak boleh berhenti hanya pada kata-kata.
Ia menegaskan bahwa setiap kata harus menjadi pekerjaan dan setiap pekerjaan harus jelas ukuran-ukuran capaiannya. Gus Yahya mewanti-wanti pengurus LKNU agar menyusun program yang tak asal bunyi tetapi tidak menjadi pekerjaan. Sebab semua pekerjaan harus jelas dan bisa diukur hasilnya.
“Salah satunya, kita ingin membangun satu sistem yang bisa menyatukan seluruh layanan kesehatan di lingkungan NU. Rumah sakit-rumah sakit, klinik-klinik, harus disatukan dalam satu sistem. Saya minta (LKNU) belajar kepada Pak Menteri (Budi Gunadi Sadikin). Karena Pak Menteri berhasil melakukan itu pada rumah sakit-rumah sakit di lingkungan BUMN,” ungkap Gus Yahya.
Gus Yahya mengingatkan agar program-program yang disusun dalam LKNU, PDNU, Arsinu, dan Aptikesnu harus diarahkan untuk mendampingi dan merawat umat. Hal ini sejalan dengan teladan para ulama terdahulu yang mampu melakukan riayatul ummah (menjadi pelayan umat).
“Kalau sekarang dikatakan ada harakah kesehatan, harakahnya itu adalah harakah untuk riayatul ummah, bukan untuk nyalonkan presiden atau calon presiden, awas kalau rekomendasinya ada begituan. Nggak boleh. Riayatul ummah yang penting. Ini yang dibutuhkan dari NU oleh bangsa dan negara ini, sumbangan dalam soal ini,” jelas Gus Yahya.
Ia menegaskan, negara tidak butuh NU untuk berebut kekuasaan. Tetapi negara ini membutuhkan bantuan NU. Misalnya dalam hal kesehatan merupakan tanggung jawab Menteri Kesehatan, bukan tanggung jawab NU.
“Lalu apa yang akan dilakukan NU? NU ini membantu supaya tanggung jawab pemerintah ini bisa terlaksana secara lebih baik, lebih tepat sasaran, lebih bisa dinikmati secara langsung oleh warga masyarakat kita seluruhnya. Ini yang dibutuhkan negara,” pungkasnya.
Pewarta: Aru Lego Triono