Bulan Gus Dur, Gusdurian Surabaya Gelar Lomba Mewarnai Keberagaman
Sabtu, 30 Desember 2023 | 06:30 WIB
Kegiatan mewarnai bersama anak-anak jalanan digelar sebagai salah satu rangkaian acara haul atau peringatan meninggalnya Gus Dur yang diadakan oleh komunitas Gusdurian Surabaya di Kenjeran, Jawa Timur, Kamis (28/12/2023). (Foto: dok. Gusdurian Surabaya)
Jakarta, NU Online
Momentum bulan Gus Dur dimanfaatkan sejumlah pemuda pecinta Gus Dur yang tergabung dalam komunitas Gusdurian Surabaya atau Gerdu Surabaya untuk mengenalkan toleransi yang dibawa Gus Dur dengan menggelar kegiatan mewarnai keberagaman.
Kegiatan ini diorganisir bersama Gusdurian Peduli dan beberapa komunitas lokal. Mereka memilih lima lokasi berbeda, termasuk Joyoboyo, Pabean Cantian, Kenjeran, Jemundo Sidoarjo (untuk anak-anak korban intoleransi Sampang), dan Donokerto Wetan.
Kegiatan diikuti lebih dari 150 anak jalanan dan putus sekolah selama dua bulan mulai awal Desember sampai Januari 2024. Selama acara, anak-anak diajak mewarnai rumah ibadah dan tokoh-tokoh agama dari berbagai keyakinan.
Ketua pelaksana sekaligus penggerak Gusdurian Surabaya Sumriyah mengatakan, kegiatan ini merupakan rangkaian haul ke-14 Gus Dur yang dikemas melalui seni mewarnai rumah ibadah dan tokoh-tokoh agama.
"Kami mengajarkan anak-anak bermain dan mewarnai rumah ibadah dan tokoh-tokoh dari berbagai agama," ujar Sumriyah kepada NU Online, Sabtu (30/12/2023).
Kegiatan mewarnai menyasar anak-anak jalanan di Joyoboyo, Pabean Cantian, anak jalanan Kenjeran, anak-anak korban intoleransi Sampang di Jemundo Sidoarjo, dan anak-anak Donokerto Wetan.
"Di Donokerto Wetan kegiatan digelar rutin setiap bulan dengan menggandeng arsitek komunitas, sementara di Pabean sudah berlangsung selama lima bulan. Kegiatan di Kenjeram Activate Window juga melibatkan IPM sebagai bentuk kolaborasi menyebarkan pesan toleransi," tuturnya.
Baca Juga
Apakah Gus Dur Seorang Sarjana?
Mengacu pada nilai-nilai Gus Dur, Sumriyah berharap kegiatan ini dapat membantu anak-anak memahami pentingnya toleransi dan saling menghargai. Dengan demikian, mereka dapat terhindar dari tindakan bullying dan kekerasan, khususnya di daerah seperti Sampang yang pernah mengalami insiden intoleransi.
"Kami ingin mengajarkan anak-anak tentang pentingnya toleransi dan menghargai agar jauh dari tindakan bullying dan kekerasan terhadap mereka yang berbeda keyakinan seperti yang terjadi di Sampang," ujar Sumriyah.
Sumriyah yang lahir dan dibesarkan di daerah konflik identitas kelompok Sampang, Jawa Timur mengaku sangat terinspirasi pada nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Gus Dur. Ia bertekad ingin menjadi pemuda yang turut merawat dan menyebarkan nilai-nilai toleransi dan perdamaian dimulai dengan sejak dini.
"Nilai-nilai toleransi yang diajarkan oleh Gus Dur sangat relevan dengan kondisi saat ini. Banyak konflik yang terjadi karena setiap kelompok tidak bisa saling menghargai," ujarnya.
99 titik rangkaian haul Gus Dur
Peringatan Haul ke-14 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur berlangsung semarak di sejumlah daerah. Selain Puncak Haul yang digelar di Ciganjur pada 16 Desember lalu, sejumlah Komunitas Gusdurian di berbagai daerah turut menggelar Haul Gus Dur dengan beragam bentuk salah satunya Gusdurian Surabaya.
Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian, Laila Fajrin Rauf atau akrab disapa Ubai menyebut sebanyak 99 komunitas terdaftar dalam penyelenggaraan haul serentak di berbagai daerah.
"Di tahun ini kita menargetkan ada 99 titik Haul Gus Dur yang dilakukan komunitas Gusdurian di berbagai daerah bahkan bisa lebih dari itu karena ada yang berbentuk rangkaian," ujarnya.