Cerita Tim NU Peduli Layani Kesehatan Warga Terdampak Gempa Sulbar
Rabu, 27 Januari 2021 | 10:00 WIB
dr Makky Zamzami dari Tim NU Peduli klaster kesehatan layani warga terdampak bencana. (Foto: NU Peduli)
Jakarta, NU Online
Tim NU Peduli Klaster Kesehatan dr Makky Zamzami mengisahkan perjalanannya berkunjung dan melayani warga terdampak bencana di Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat. Sebelumnya, Tim NU Peduli sudah melakukan koordinasi untuk membuat satu posko induk dengan dua posko lapangan, dan di beberapa titik dibangun pula posko layanan kesehatan.
Posko layanan kesehatan tersebut berada di beberapa titik pengungsian. Sementara posko induk tetap berlokasi di Mamuju, sebagai pusat daerah yang terdampak bencana gempa yang terjadi pada Kamis dan Jumat,14-15 Januari 2021 lalu. Sementara Tim NU Peduli dari PBNU tiba di lokasi bencana, pada Ahad (17/1) malam.
"Kami datang lewat jalur Makassar, lewat jalan darat. Setiap perjalanan kami berhenti di beberapa kantor PCNU, seperti di Pare-pare dan Polewali Mandar. Lalu kami berbicara terkait dengan donasi yang bisa dihimpun," ungkap dr Makky saat ditemui di Kantor Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, pada Senin (26/1) sore.
Lalu perjalanan dilanjutkan ke Majene dan membuat posko. Tim NU Peduli lantas menggabungkan beberapa unsur NU, baik dari badan otonom maupun lembaga. Tujuannya untuk sinkronisasi program kegiatan agar bisa membantu warga terdampak bencana. Termasuk soal pengelolaan distribusi bantuan.
"Di situ juga, di hari yang sama, malam harinya langsung membuka posko layanan kesehatan. Di Majene cukup lama, dari jam 4 sore sampai jam 8 malam. Pengobatan ada sekitar 40 orang warga yang didominasi sakit pegal-pegal, gangguan pernapasan (ISPA)," beber dr Makky.
Setelah itu, tim bergeser jam sembilan malan menuju Mamuju. "Perjalanan sekitar tiga jam. Total 13 jam dari Makassar sampai Mamuju. Kemudian sampai Mamuju sampai 12 malam. Langsung kita koordinasi dengan posko induk, rapat sebentar, dan istirahat," terang Bendahara LKNU PBNU ini.
Keesokan harinya, sebagai Tim NU Peduli Klaster Kesehatan, dr Makky melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk juga membuka titik pelayanan kesehatan di posko induk dan pengungsian. Di dua posko itu sekitar 60 orang melakukan pengobatan kepada tim dokter dari NU Peduli.
Kemudian di hari ketiga, ketika semua program layanan kesehatan sudah dituntaskan, Tim NU Peduli melaksanakan swab antigen secara massal kepada seluruh relawan. "Hasilnya alhamdulillah negatif semua. Jadi kita juga lebih leluasa untuk melakukan aktivitas. Namun potensi-potensi itu pasti ada," ungkap Ketua Satgas NU Peduli Covid-19 ini.
Menurutnya, terdapat kekhawatiran yang timbul ketika terlalu banyak relawan di pengungsian yang berinteraksi dengan tidak terlalu peduli dengan protokol kesehatan. Terutama orang-orang yang sebelumnya tidak diperiksa swab antigen.
Di hari itu pula, Mobil Dahar atau Dapur Halal Berjalan datang. Tim NU Peduli kembali melakukan sinkronisasi kegiatan seperti pembagian makanan, pelayanan kesehatan, dan soal sumbangan logistik. Pos-pos layanan di lapangan selalu ada pada setiap kegiatan Tim NU Peduli di Mamuju dan Majene.
Untuk logistik, dijelaskan dr Makky, Tim NU Peduli mendapatkan titipan amanah sumbangan dari beberapa unsur. Di antaranya dari unsur pemerintah dan Bawaslu setempat. Para relawan dan partisipan NU juga banyak yang mengamanahi sumbangan logistik melalui Tim NU Peduli.
"Alhamdulillah di posko NU itu logistik cepat habis dan juga cepat terisi. Banyak yang datang. Kita juga berusaha mendata laporan logistik secara akurat," katanya.
Harapan dan pesan Tim NU Peduli
Bencana yang menimpa Indonesia ini sangat riskan karena terdapat Covid-19. Salah seorang relawan dari Tim NU Peduli dinyatakan positif Covid-19 setelah kembali dari Sulbar. Artinya, ada potensi bagi siapa pun untuk terkena virus mematikan itu.
"Apalagi relawan-relawan di sana yang berinteraksi dengan banyak pengungsi dari warga terdampak bencana," ujar dr Makky.
Sekalipun berupaya untuk menolong para korban bencana, tetapi protokol kesehatan tetap harus dijaga. Hal itu juga bagian dari upaya menolong diri sendiri dan orang lain, agar virus tidak menyebar di lokasi bencana.
"Jangan sampai nekat, kalau kita ingin menolong, tapi juga harus patuhi protokol kesehatan," pungkas putra pengasuh Pesantren Al-Manar Azhari, KH Manarul Hidayat ini.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan