Ilustrasi: El Nino dapat berdampak pada kekeringan lahan yang mengancam ketahanan pangan (Foto: Freepik)
Jakarta, NU Online
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa musim kemarau tahun ini lebih kering daripada beberapa tahun sebelumnya. Demikian ini lantaran beriringan dengan fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif yang terjadi sejak beberapa bulan lalu.
Menurut hasil analisis BMKG, puncak kemarau ini diprediksi terjadi di bulan Agustus ini hingga awal bulan September 2023 mendatang dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021, dan 2022.
Dwikorita menyebut bahwa dampak serius yang perlu diantisipasi akan situasi ini adalah pertanian, utamanya pertanian pangan yang sangat mengandalkan air. Sektor pertanian di berbagai wilayah terdampak bisa terjadi mengalami gagal panen karena iklim yang tak bersahabat, kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah.
"Pertanian merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim," demikian keterangan BMKG dalam laman resminya, bmkg.go.id dikutip NU Online, Rabu (9/8/2023).
Menurut BMKG, tidak hanya dengan intensitas hujan yang sangat rendah, tetapi beberapa daerah diperkirakan mengalami kekeringan yang cukup ekstrem karena tanpa hujan sama sekali. "Jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, maka pada musim kemarau ini angka tersebut menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali," lanjut keterangan BMKG.
Perubahan pola curah hujan dan kenaikan suhu udara menyebabkan produksi pertanian menurun secara signifikan. Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami gagal panen atau puso semakin luas.
"Dampak perubahan iklim yang demikian besar memerlukan upaya aktif untuk mengantisipasinya melalui strategi mitigasi dan adaptasi. Jika tidak, maka ketahanan pangan nasional akan terancam," ungkap Dwikorita.
Di sini menurutnya, para petani juga sangat penting menggali ilmu pengetahuan terkait kondisi dan fenomena iklim yang bisa berubah-ubah. Sehingga dengan demikian, para petani dapat memitigasi dan mengantisipasi terhadap terjadinya situasi yang bisa mengancam sektor pertanian karena faktor cuaca.
"Dengan mengetahui lebih dini, petani dapat melakukan perencanaan mulai dari penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, pengelolaan air, dan lain sebagainya," terangnya.
BMKG sendiri akan membantu petani memberikan pemahaman terkait informasi iklim yang terjadi dan prediksi-prediksi yang sangat mungkin terjadi di kemudian hari. Pada saat yang sama, diharapkan volume produksi dan kualitas hasil pertanian terus stabil bahkan meningkat.
Antisipasi
Sementara itu terkait ancaman dan dampak El Nino Tahun 2023, pemerintah telah mempersiapkan berbagai langkah mitigasi, terutama dalam hal pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta kekeringan dengan memastikan ketersediaan air bersih dan pangan pada musim kemarau.
Hal itu disampaikan Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi saat Focus Group Discussion Antisipasi Menghadapi Musim Kemarau dan Bencana Kekeringan Tahun 2023 di Ruang Serba Guna, Gedung Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemukiman Rakyat, Senin (7/8/2023) dalam rilis yang diterima NU Online.
BNPB, kata Prasinta telah melakukan berbagai upaya dalam mengantisipasi El Nino Tahun 2023.
Beberapa langkah dan strategi dilakukan bersama dengan lintas kementerian/lembaga dan kerja sama dengan pemerintah daerah.
Baca Juga
Kekeringan Akibat Ulah Manusia
Langkah-langkah itu mencakup pelaksanaan apel kesiapsiagaan dan kunjungan daerah, dukungan operasi darat berupa logistik dan perlengkapan pemadaman darat, teknologi modifikasi cuaca, sarana prasarana operasi udara berupa helikopter patroli dan water bombing, serta integrasi aplikasi pemantauan karhutla.
"BNPB memberikan imbauan kepada daerah-daerah yang biasanya mengalami kekeringan untuk memastikan ketersediaan air. Ini adalah langkah penting untuk memastikan masyarakat tetap memiliki akses terhadap sumber air yang cukup saat memasuki musim kemarau," ujar Prasinta.
"Masyarakat dapat melakukan Gerakan Memanen Air Hujan dengan menggunakan peralatan sederhana untuk menampung dan mengolah air hujan secara mandiri ataupun komunal. Masyarakat juga diharapkan bisa melindungi dan menjaga sumber mata air seperti yang dicontohkan oleh masyarakat di Desa Kaleke, Kabupaten Sigi dalam mengantisipasi kekeringan dan kelangkaan air dengan menjaga kelestarian lingkungan di sekitar mata air Bionga Indah yang juga menjadi objek wisata alam," sambung Prasinta.
Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan daerah-daerah tersebut mengalami kondisi El Nino yang cukup parah karena mengalami fenomena hujan yang sangat kecil sehingga akan berdampak pada kekeringan.
"Ada beberapa hal yang perlu diwaspadai sejak Agustus hingga Oktober 2023 mendatang. Dengan adanya El Nino yang cukup parah di daerah-daerah tersebut, katanya, selain diprediksi dapat membuat kekeringan, juga akan memicu gagal panen di sektor pertanian," tutur Ardhasena.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyiapkan sejumlah langkah struktural yang dilakukan guna menekan dampak kekeringan yang ditimbulkan oleh fenomena El Nino.
Menurut data Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, sejumlah daerah di Indonesia saat ini telah memasuki kondisi kekeringan. Seiring dengan hal itu, KemenPUPR telah menyiapkan upaya struktural dan upaya non-struktural sebagai antisipasi dampak bencana kekeringan pada 2023.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko menjelaskan sejumlah upaya struktural yang tengah dilakukan di antaranya, pembangunan sebanyak 13 bendungan lanjutan pada 2023. Adapun, pembangunan 13 bendungan tersebut yaitu Cipanas, Karian, Sepaku Semoi, Keureuto, Rukoh, Jlantah, Tiu Suntuk, Lausimeme, Sidan, Leuwikeris, Temef, Pamukkulu dan Ameroro.
"PUPR juga melaporkan bahwa pihaknya akan melakukan revitalisasi dan pengelolaan 15 danau prioritas, pembangunan 37 sumur bor baru di 19 provinsi serta melakukan rehabilitasi pada 25 sumur bor eksisting di 11 provinsi. Ditjen SDA juga telah melaksanakan operasi dan pemeliharaan 1.338 embung, 317 situ, 923 sungai, 3,01 juta hektar daerah irigrasi dan telah melakukan rehabilitasi sebesar 412.541,51 hektar jaringan irigasi," ungkap Jarot.
Kementerian Pertanian memprediksi adanya sejumlah lahan pertanian yang mengalami gagal panen dalam beberapa bulan ke depan. Ini merupakan imbas dari kekeringan dan puncak siklus El Nino pada Agustus sampai Oktober 2023 di Tanah Air.
"Ada rencana aksi yang sudah dan akan kita lakukan. Pertama, gerakan kejar tanam (gertam) 1.000 hektar per kabupaten dan gerakan nasional penanganan El Nino 500 hektar di seluruh provinsi dengan strategi peningkatan indeks tanaman, perluas area tanam, dan peningkatan produktivitas," kata Koordinator Pengendalian OPT Serealia, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Gandi Purnama.