“Semua pihak baik pemerintah, masyarakat, dan swasta atau perusahaan harus berkontribusi bagaimana meningkatkan pemahaman masyarakat untuk menghindari pembakaran hutan dan lahan. Ini yang penting tidak hanya penegakkan hukum, tapi soal peningkatan kesadaran masyarakat tentang bahayanya membakar pembakaran lahan,” kata Ketua LPBI PBNU Muhammad Ali Yusuf di Gedung PBNU Jakarta Pusat, Senin (16/9).
Menurutnya, terjadinya Karhutla tidak hanya dilakukan oleh korporasi, tetapi juga masyarakat. Korporasi menyuruh masyarakat untuk membakar hutan dengan iming-iming upah. Ia mengatakan, biaya pembukaan lahan melalui pembakaran itu memang murah dan bisa menyuburkan lahan, tetapi yang harus diingat oleh korporasi dan pembakar, ialah dampak dari pembakaran itu.
“Asap dari pembakaran itu berengaruh ke semua hal: ke ekonomi, seperti pesawat tidak bisa jalan, pendidikan, kesehatan apalagi. Ini saya kira ke depan perlu dikuatkan muatan kesadaran masyarakat. (sehingga) meskipun ke depan perusahaan ngajak atau menyuruh orang untuk membakar, ketika masyarakatnya sadar dan gak mau membakar, lalu mau apa?” tambahnya.
Selain memberikan kesadaran, katanya, masyarakat juga harus diberikan solusi ekonomi. Ia menyakini bahwa masyarakat mau disuruh membakar hutan oleh korporasi karena persoalan ekonomi. Di antara cara yang bisa dilakukan agar masyarakat bisa memperoleh pendapatan dengan tidak melakukan Karhutla, ialah dengan mengolah kayu untuk kemudian menjadi cuka kayu.
Cuka Kayu adalah cairan berwarna coklat pekat dan berbau sangit yang diperoleh dari distilasi asap yang dihasilkan dari proses pembuatan arang kayu. Cuka Kayu memiliki multi manfaat bagi pertumbuhan tanaman, makanan, kesehatan, usaha perikanan dan peternakan. Hal itu disebutnya bisa menjadi sumber pendapatan ekonomi baru.
“Saya kira ke depan harus digerakkan artinya tidak bisa orang disuruh sadar ketika persoalan ekonominya muncul. Kemudian juga tidak bisa semena-mena persoalan hukumnya diangkat ketika gak ada solusi,” ucapnya.
Apalagi, sambungnya, pemerintah juga tengah giat menarik masyarakat yang dulu dianggap sebagai pembakar hutan dan lahan untuk turut serta menjaganya.
Terpopuler
1
Gus Baha Jelaskan Alasan Mukjizat Nabi Muhammad Tak Seperti Nabi Sebelumnya
2
Harlah Ke-95, LP Ma’arif NU akan Wujudkan Visi Pendidikan Bereputasi Internasional
3
Khutbah Jumat: Keistimewaan Umat Nabi Muhammad
4
Kemenag Umumkan Hasil Seleksi Administrasi CPNS 2024 Malam Ini, Berikut Cara Ceknya
5
Khutbah Jumat: Meraih Berkah dan Syafaat dengan Shalawat
6
Gelar Munas, Sako Pramuka Resmi Berganti Nama Jadi Pandu Ma'arif NU
Terkini
Lihat Semua