Jakarta, NU Online
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) merilis data hilal jelang Rabiul Akhir 1447 H melalui Surat Instruksi Rukyah Rabiul Akhir 1447 H pada 29 Rabiul Awal 1447 H / 22 September 2025 M di Indonesia yang dikeluarkan pada Jumat (19/9/2025).
Data hisab ini merupakan hasil perhitungan LF PBNU yang dilakukan untuk hari Senin Pahing, 29 Rabiul Awal 1447 H / 22 September 2025 M. Perhitungan dilakukan pada titik markaz Jakarta, tepatnya di Gedung PBNU Jalan Kramat Raya Jakarta Pusat (koordinat 6º 11’ 25” LS 106º 50’ 50” BT). Perhitungan ini dilakukan dengan metode falak (hisab) tahqiqi tadqiki ashri kontemporer khas Nahdlatul Ulama.
Data hisab menunjukkan bahwa hilal akhir Rabiul Awal 1447 H atau bertepatan dengan Senin Pahing, 22 September 2025 M adalah 4 derajat 41 menit 25 detik dengan elongasi 7 derajat 0 menit 14 detik dan lama hilal di atas ufuk 21 menit 36 detik. Sementara ijtimak (konjungsi) terjadi pada Senin Pahing 22 September 2025 M pukul 02:53:53 WIB.
Sementara itu, letak Matahari terbenam pada posisi 0 derajat 02 menit 03 detik utara titik barat, sedangkan letak hilal berada pada posisi 3 derajat 40 menit 39 detik utara titik barat dengan kedudukan hilal pada 3 derajat 42 menit 42 detik utara Matahari.
Adapun parameter hilal terkecil itu terdapat di Kota Jayapura, Provinsi Papua. Ketinggian hilal di sana mencapai 3 derajat 38 menit dan elongasi hilal hakiki 5 derajat 57 menit, serta lama hilal di atas ufuk 17 menit 3 detik.
Sementara tinggi hilal terbesar terjadi di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Ketinggian hilal di sana mencapai 4 derajat 45 menit, elongasi hilal hakiki 7 derajat 01 menit, dan lama hilal di atas ufuk 21 menit 53 detik.
Data di atas menunjukkan bahwa hilal sudah berada di atas ufuk dan sudah memenuhi kriteria imkanurrukyah. Pasalnya, tinggi hilal sudah di atas 3 derajat dan elongasi sudah di atas 6,4 derajat, kecuali di Papua yang masih di bawah 6 derajat.
Baca Juga
3 Doa Mustajab di Bulan Rabiul Akhir
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga merilis data perhitungan hilal 1 Rabiul Akhir 1447 H dalam Informasi Prakiraan Hilal Saat Matahari Terbenam Tanggal 22 September 2025 M (Penentuan Awal Bulan Rabiul Akhir 1447 H).
Dalam informasi itu, dijelaskan bahwa konjungsi akan terjadi pada hari Ahad, 21 September 2025 M, pukul 19.53.55 UT atau Senin, 22 September 2025 M, pukul 02.53.55 WIB atau Senin, 22 September 2025 M, pukul 03.53.55 WITA atau Senin, 22 September 2025 M, pukul 04.53.55 WIT.
Di wilayah Indonesia pada tanggal 22 September 2025, waktu Matahari terbenam paling awal adalah pukul 17.32.60 WIT di Waris, Papua dan waktu Matahari terbenam paling akhir adalah pukul 18.34.46 WIB di Banda Aceh, Aceh.
Dengan memperhatikan waktu konjungsi dan Matahari terbenam, dapat dikatakan konjungsi terjadi sebelum Matahari terbenam tanggal 25 Juli 2025 di wilayah Indonesia.
Adapun ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 22 September 2025, berkisar antara 3.41 derajat di Melonguane, Sulawesi Utara sampai dengan 4.7 derajat di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.
Sementara itu, besaran elongasi geosentris di Indonesia saat Matahari terbenam pada 22 September 2025, berkisar antara 6.17 derajat di Waris, Papua sampai dengan 7.58 derajat di Banda Aceh, Aceh.
Data BMKG juga menunjukkan umur Bulan di Indonesia saat Matahari terbenam pada 22 September 2025, berkisar antara 12.65 jam di Waris, Papua sampai dengan 15.68 jam di Banda Aceh, Aceh.
Adapun lama Hilal di atas ufuk saat Matahari terbenam pada 22 September 2025, berkisar antara 16.64 menit di Melonguane, Sulawesi Utara sampai dengan 22.31 menit di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.
Data-data di atas menunjukkan potensi hilal bulan Rabiul Akhir dapat teramati mengingat sudah terpenuhinya kriteria imkanur rukyah di sebagian besar wilayah Indonesia. Karenanya, besar kemungkinan tanggal 1 Rabiul Akhir 1447 H jatuh pada Selasa Pon, 23 September 2025.