Di Hadapan Realitas Politik, Santri Harus Kedepankan Akhlak
Kamis, 3 Oktober 2019 | 23:00 WIB
Riza Zahriyal Falah (kanan) saat menjadi panelis pada AICIS 2019 di Hotel Mercure Batavia, Jakarta, Kamis (3/10). (NU Online/Syakir NF)
Jakarta, NU Online
Dinamika politik terus berkembang seiring berjalannya waktu. Terlebih dengan adanya media sosial, realitas politik membentuk polarisasi di tengah masyarakat, tak terkecuali kalangan pesantren. Walaupun demikian, santri harus tetap mengedepankan akhlak dalam menghadapi fenomena politik yang sangat dinamis ini.
“Santri dia mempunyai pandangan bahwa fenomena apapun ketika sudah menjadi alumni itu harus dilihat dari kacamata akhlak,” kata Riza Zahriyal Falah saat menjadi panelis pada Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2019 di Hotel Mercure Batavia, Jakarta, Kamis (3/10).
Menurut Riza, santri mendapatkan porsi pengajian akhlak lebih banyak dalam kurikulumya, selain saban hari meneladani laku kiainya. Santri model demikian yang belum terpapar realitas politik itu, akan dapat menjadi agen perdamaian.
“Seharusnya demikian. Sebab, lanjutnya, para santri tidak lagi melihat setiap sesuatu dengan hitam putih saja,” lanjutnya.
Hal tersebut, lanjut Riza, sebetulnya telah terbukti dengan ketenangan Indonesia karena tidak adanya konflik horizontal yang menimbulkan instabilitas. Ini berbanding terbalik dengan negara lain yang juga mayoritas Muslim. Beberapa di antaranya menuai konflik, bahkan sesama umat Islam sendiri. “Sangat berbeda jauh dengan konteks Indonesia,” ucap pengajar di Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus itu.
Oleh karena itu, ia menegaskan kembali bahwa idealnya, santri melihat segala rupa yang dihadapinya dengan kacamata akhlak.
“Ideal santri dengan pertimbangan akhlak itu harus dikedepankan walaupun temuan santri sudah terpolarisasi apalagi masuknya ideologi transnasionalisme,” katanya dalam konferensi bertema Digital Islam, Education, and Youth: Changing Landscape of Indonesian Islam itu.
Diskusi yang dipandu oleh Zaprulkhan dari IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik, Bangka Belitung, itu juga diisi oleh Zainuddin Syarif dan Abdul Hannan dari IAIN Madura, dan Abdul Manan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Aceh.
Berbagai tema mengenai Islam dan era digital dibahas di forum AICIS ini. AICIS adalah forum kajian keislaman yang telah berjalan sejak 19 tahun lalu. Pada gelaran AICIS ke 19 ini, sekitar 1700 sarjana studi Islam berkumpul di Indonesia selama empat hari, pada 1-4 Oktober 2019. Pertemuan ini membahas 450 paper dari 1300 yang diseleksi.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Aryudi AR