Di Pesantren Ini, Gus Ulil Kenang Sosok Kiai Wahid Zaini yang Menginspirasi
Ahad, 13 November 2022 | 10:00 WIB
Gus Ulil saat saat hadir di acara Halaqah Fiqih Peradaban di Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, Ahad (02/10/2022). (Foto: NU Online/Syaifullah IN)
Jakarta, NU Online
Ketua Lakpesdam PBNU H Ulil Abshar Abdalla mengenang sosok yang sangat dihormati di organisasi Nahdlatul Ulama. Khususnya di kalangan para aktivis muda NU pada era 1980-an hingga 1990-an. Sosok yang disebut Gus Ulil itu adalah KH Wahid Zaini.
Gus Ulil mengungkapkan hal tersebut dalam rangkaian agenda Halaqah Fiqih Peradaban Jelang 1 Abad NU bertema “Fiqih Siyasah dan Tatanan Dunia Baru” yang digelar di Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, Ahad (02/10/2022) silam.
“Di sini salah satu halaqah yang saya anggap unggulan. Pertama, karena diadakan di pesantren yang mempunyai kaitan historis yang penting sekali dengan Nahdlatul Ulama. Di pondok ini, ada sosok yang sangat dihormati terutama di kalangan aktivis-aktivis muda NU pada tahun 80-an dan 90-an, yaitu Kiai Wahid Zaini,” kata Gus Ulil dalam tayangan YouTube NU Online, Sabtu (12/11/2022) malam.
“Saya berinteraksi cukup banyak dengan Kiai Wahid Zaini dan pernah datang ke pondok Nurul Jadid ini pada pertengahan tahun 90-an. Sudah lama sekali. Ketika itu, melalui Lakpesdam PBNU saya menyiapkan suatu program yang disebut dengan PPWK atau Program Pengembangan Wawasan Keulamaan,” sambungnya.
Bersama Kiai Wahid Zaini, Gus Ulil menyiapkan program PPWK sehingga cukup intens berkomunikasi. Menurut dia, Kiai Wahid tidak saja terlibat tipis-tipis, pinjam istilah anak Jakarta, tetapi beliau terlibat secara mendalam.
“Bahkan, beliau juga ikut menyeleksi peserta atau kiai-kiai muda yang ikut di dalam program PPPK itu. Oleh karenanya, halaqah yang diadakan di Pesantren Nurul Jadid ini bagi saya adalah satu halaqah penting selain halaqah lain yang sudah pernah diadakan di beberapa tempat lain,” tandas Gus Ulil.
Sebelum di Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, pihaknya juga menyelenggarakan halaqah yang sama di Pesantren Sukorejo, Situbondo. “Ketika itu, juga hadir ada Gus Ghofur Maimun dari Sarang, Rembang,” tutur Gus Ulil.
Pria asal Pati Jawa Tengah ini menambahkan bahwa juga ada halaqah lain yang ia anggap penting karena lokasinya memiliki irisan sejarah dengan NU. Salah satunya yang digelar di Pesantren Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat.
“Memang, PBNU sekarang ini sedang merencanakan suatu serial halaqah yang ambisius sekali. Jadi, ada 250 halaqah plus 50. Kenapa saya sebut 250 plus 50, tidak 300 saja. Karena memang 250 itu yang utama, sementara 50 halaqah itu ikutannya,” ungkap Gus Ulil.
Keseluruhan agenda halaqah itu, lanjut Gus Ulil, akan digelar oleh PBNU selama 5 bulan hingga berakhir pada Februari 2023. “Jadi, hampir setiap bulan minimal tidak kurang dari 60 halaqah. Setiap hari ada dua halaqah yang diselenggarakan di berbagai tempat di seluruh Indonesia,” rincinya.
Gus Ulil mengatakan, program ambisius yang digagas oleh PBNU terutama oleh KH Yahya Cholil Tsaquf (Gus Yahya) selaku ketua umum ini betul-betul gagasan brilian. “Ini memang dari beliau. Tidak ada intervensi dari siapapun. Ini adalah program Gus Yahya yang beliau mimpikan jauh sebelum beliau menjadi Ketua Umum,” tuturnya.
Gus Yahya, lanjut Gus Ulil, sudah menggagas adanya halaqah tentang fiqih peradaban itu kira-kira sejak tahun 2019. “Jadi, sebelum beliau menjadi Ketua Umum PBNU,” tandasnya.
Kegiatan ini, kata Gus Ulil, merupakan rangkaian dari serial halaqah untuk menyambut perayaan Harlah 1 Abad NU yang akan jatuh pada 16 Rajab 1444 Hijriyah yang bertepatan dengan 7 Februari 2023.
“Nah, tanggal 7 itu akan diadakan puncak perayaan 1 abad NU di Jakarta. Tetapi, sebelum itu akan diadakan Muktamar Internasional Fiqih Peradaban yang akan digelar di Jakarta. Kegiatan itu mengundang tidak kurang dari 300 ulama dan kiai dari seluruh dunia,” terangnya.
Selain Gus Ulil, hadir dalam halaqah di Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo ini sejumlah narasumber. Antara lain, Dr KH Afifuddin Muhajir (Wakil Rais Aam PBNU), Dr HM Syaeful Bahar (dosen UIN Sunan Ampel Surabaya), dan Gus Muhammad Al-Fayyadl (PP Nurul Jadid).
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Syaifullah Ibnu Nawawi