Di Planetarium UIN Walisongo Semarang Peserta Seminar Istinbath Hukum Islam Belajar Tentukan Posisi Hilal
Ahad, 15 September 2024 | 08:00 WIB
Kunjungan peserta Seminar Istinbath Hukum Islam ke Planetarium-Observatorium UIN Walisongo, Jumat (13/9/2024). (Foto: istimewa)
Semarang, NU Online
Para peserta Seminar Istinbath Hukum Islam melakukan kunjungan ke Planetarium dan Observatorium Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang di Jalan Prof Hamka, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang Jawa Tengah, Jumat (13/9/2024).
Kunjungan tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara Seminar Istinbath Hukum Islam, sekaligus Bahtsul Masail Metode Penetapan Awal Bulan Hijriyah di Islamic Center Semarang.
Kepala Planetarium dan Observatorium UIN Walisongo Semarang, Ahmad Syifaul Anam mengatakan kesinambungan tema Bahtsul Masail dengan showroom di planetarium. Penetapan awal bulan Hijriyah saling berkaitan erat terhadap keilmuan Falakiyah. Dalam konteks tersebut, peserta belajar mengenali benda langit tentang bagaimana cara menentukan, mengidentifikasi dan mengetahui posisi hilal.
Baca Juga
Bahtsul Masail dan Istinbath Hukum NU
"Peserta seminar mempelajari lokasi hilal mengenai seberapa kuat cahaya hilal, setebal apa dan setinggi apa posisinya," jelasnya kepada NU Online di sela-sela kegiatan.
Menurut Syifa, rukyatul hilal bukan persoalan yang sederhana. Oleh karena itu, harus ada pelatihan keterampilan secara khusus yang diadakan bersama-sama. Seusai seminar dan Bahtsul Masail, pada kunjungan ke planetarium, ditambahkan pengetahuan Ilmu Falak secara simulatif tentang aspek-aspek dasar ilmu tersebut.
"Seakan-akan peserta mengalami langsung jalan-jalan ke luar angkasa, sehingga punya pengalaman yang lebih experiencing jadi tidak hanya mengenal teori yang mengawang-awang," kata Syifa.
Berdasarkan data, ia mengungkapkan bahwa planetarium UIN Walisongo masuk daftar sebagai planetarium universitas terbesar ketiga di dunia yang fokus memberikan edukasi astronomi melalui metode entertainment kepada masyarakat.
Menurut Syifa, hal ini merupakan salah satu fungsi planetarium sebagai edutainment menjadi eduastrotaiment dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang antropologi secara entertainment. Ia menilai, masyarakat perlu mempelajari Ilmu Falak dikarenakan mempunyai urgensi sangat jelas.
"Masyarakat tidak hanya ikut-ikutan, tapi punya basis pengalaman yang nyata tentang bagaimana penentuan awal bulan. Minimal punya mazhab yang jelas," ujarnya.
Sementara itu, Lembaga Falakiyah (LF) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan, Idham Haris mengatakan bahwa kunjungan ke Planetarium UIN Walisongo Semarang dijelaskan berbagai macam bintang, terlebih metode praktik rukyatul hilal. Menurutnya, memang selama praktik memerlukan kerja keras untuk mendapatkan citra hilal yang bagus.
"Memang seperti itu tadi. Mencari ba'da ijtima' sangat sulit, bisa mudah itu ketika H plusnya. Nyatanya seperti itu karena terhalang polusi-polusi," ucapnya.
Idham mengungkap, dalam setiap bulan, LF NU Pekalongan melaksanakan rukyatul hilal, kemudian dilaporkan tiga kali dalam setahun. Selepas showroom di planetarium, ia merasa terbantu dengan penjelasan tentang Ilmu Falak secara gamblang.
"Sangat asik mendapatkan ilmu. Tadi kita benar-benar merasa seperti berjalan ke luar angkasa dan lebih detil. Rasa rasanya ingin mengajak teman-teman saya untuk berkunjung ke sini," pungkasnya.