Nasional

Disampaikan di Forum BRICS, Foremost Jadi Contoh Program Ketahanan Keluarga Berbasis Masjid

Ahad, 7 September 2025 | 22:00 WIB

Disampaikan di Forum BRICS, Foremost Jadi Contoh Program Ketahanan Keluarga Berbasis Masjid

Konferensi Internasional “Spiritual Silk Road: The Role of Moral Values in Bridging Nations and Continents” di Brasil, Kamis (4/9/2025). (Foto: Kemenag)

Jakarta, NU Online 

 

Program Pembinaan Keluarga Berbasis Masjid (Family Orientation at The Mosque’s Site, Foremost) menjadi satu program yang disampaikan dalam Konferensi Internasional “Spiritual Silk Road: The Role of Moral Values in Bridging Nations and Continents”.

 

Sekjen Kementerian Agama RI Kamaruddin Amin menyampaikan hal tersebut dalam Pertemuan Tingkat Tinggi yang diikuti para pemimpin agama komunitas muslim negara anggota BRICS di Brasil, 4-5 September 2025.

 

Para pemimpin agama dari 10 negara BRICS menyatakan kekhawatiran mereka terhadap terkikisnya struktur keluarga yang sehat, yang dianggap ancaman serius bagi masa depan umat manusia.

 

Kamaruddin Amin menegaskan bahwa penguatan ketahanan keluarga adalah prioritas utama pemerintah Indonesia, terutama melalui program-program yang melibatkan berbagai tokoh agama dan masyarakat.

 

“Kami berkomitmen penuh untuk menjaga dan mempromosikan nilai-nilai keluarga yang kokoh di tengah tantangan global, termasuk kepada generasi muda,” jelasnya sebagai salah satu pembicara kunci dalam forum yang digelar di Brasil itu pada Kamis (4/9/2025) sebagaimana dilansir situsweb Kemenag.

 

Selain Foremost, Kementerian Agama juga menjalankan program BRUS (Bimbingan Remaja Usia Sekolah) dan BRUN (Bimbingan Remaja Usia Nikah) untuk kalangan remaja, juga ada Bimwin (Pembinaan Perkawinan) untuk calon mempelai, serta program Nikah Massal. Foremost sendiri merupakan kolaborasi antara BP4 (Badan Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan) dengan BKM (Badan Kesejahteraan Masjid).

 

Program-program tersebut merupakan upaya Kemenag memperkokoh ketahanan keluarga dengan program-program nyata untuk semua kalangan.

 

Di samping isu ketahanan keluarga, beberapa isu lain disepakati para perwakilan negara anggota BRICS. Antara lain, prinsip keberagaman dalam kesatuan. Resolusi ini mencerminkan aspirasi untuk membangun dunia multipolar yang bersatu, di mana tidak diperlukan satu sistem atau bentuk tunggal, melainkan menghormati keragaman.

 

Resolusi juga mengangkat tentang urgensi dialog antar-agama dan antar-etnis. Dialog antar-agama dan antar-etnis adalah faktor penting untuk kerja sama yang konstruktif dan berkelanjutan di dalam BRICS. Resolusi ini juga menyerukan penguatan kerja sama ilmiah, keagamaan, dan kemanusiaan di antara komunitas dan organisasi Muslim di negara-negara BRICS.

 

Inisiasi-inisiasi dalam kerja sama BRICS memberi harapan baru bagi partisipasi Indonesia di dalam mewujudkan amanat konstitusi untuk berperan aktif menjaga tatanan global yang lebih adil, damai, dan sejahtera.

 

“Sebagai anggota terbaru, Indonesia merasa terhormat dapat ambil bagian dalam dialog ini. Bukan hanya menandakan perluasan keterlibatan dalam urusan global tetapi menegaskan komitmen untuk kolaborasi multilateral dalam membentuk tatanan internasional yang lebih inklusif dan adil,” tegas Kamarudin, Sekjen Kementerian Agama RI, yang juga Ketua Umum PP ISNU. 

 

Sebagaimana diketahui, BRICS merupakan aliansi negara berkembang untuk kerja sama ekonomi, politik, dan budaya di antara negara-negara anggotanya, untuk membangun tatanan dunia yang lebih multipolar dan berkeadilan.