Dokter Syifa: Aktif di Crisis Center NU adalah Panggilan Jiwa
Kamis, 13 Oktober 2022 | 13:30 WIB
Malang, NU Online
Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur tidak semata menjadi perhatian masyarakat di Tanah Air. Sejumlah negara dan liga sepak bola di belahan dunia turut memberikan atensi. Karena imbas dari tragedi yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) malam tersebut telah menewaskan ratusan jiwa. Mereka adalah dari fans Arema FC dan pihak keamanan.
Tentu saja hal ini memantik sejumlah kalangan untuk peduli. Termasuk seperti yang dilakukan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang mendirikan Posko Crisis Center. Lokasinya di Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang.
“Keberadaan posko ini menindaklanjuti instruksi PBNU untuk turut peduli kepada korban dan keluarga tragedi Stadion Kanjuruhan,” kata dokter Syifa Mustika, Kamis (13/10/2022).
Perempuan kelahiran Banyuwangi ini menjelaskan bahwa banyak hal yang dilakukan selama ini. Termasuk dengan menyalurkan bantuan dan terus melakukan pendampingan kepada korban dan keluarga.
“Kepada korban yang meninggal, Posko Crisis Center NU telah menyalurkan santunan,” kata ibu dua anak ini.
Akan tetapi, perhatian tidak berhenti sampai di situ. Tak kalah penting adalah memberikan pelayanan kepada mereka yang mengalami luka ringan hingga berat. Belum lagi kepada keluarga korban yang ditinggalkan.
“Ada keluarga yang kehilangan anak satu-satunya imbas tragedi Stadion Kanjuruhan ini,” ungkapnya.
Demikian pula ada keluarga yang kehilangan anak pertama. Pada saat yang sama, sang ibu sedang hamil anak ketiga. Nah, kalangan seperti ini tentu saja membutuhkan penanganan khusus.
“Yang diperlukan adalah memastikan kondisi fisiknya tetap prima, di samping juga secara psikologi stabil,” ujar Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (UB) Malang tersebut.
Dirinya kemudian juga menceritakan bahwa tragedi Kanjuruhan demikian memukul fisik dan mental banyak kalangan. Keluarga korban misalnya, harus menerima kunjungan pejabat dan kerabat, maupun pihak lain.
“Hal ini tentu saja membuat mereka lelah dan kian tertekan,” urai dokter Syifa.
Kesempatan istirahat menjadi waktu yang demikian istimewa dan susah dilakukan. Belum lagi insan media dan warga kebanyakan yang kerap meminta konfirmasi dan ingin tahu detail kejadian dan perasaan keluarga korban.
Dokter Syifa kemudian menceritakan salah satu korban yang terpaksa kehilangan kedua orang tuanya. Saat ini yang bersangkutan tinggal bersama sang nenek.
“Kondisi seperti ini tentu saja tidak cukup diselesaikan dengan memberikan santunan,” tuturnya.
Sempat Dicurigai
Tidak semua niat baik akan diterima sebagai kebajikan. Keberadaan Posko Crisis Center NU juga demikian. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa keberadaannya hanya aji mumpung dengan memanfaatkan momentum untuk kepentingan jangka pendek.
“Ada yang mengatakan bahwa keberadaan posko ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan materi,” keluh kandidat doktor spesialis penyakit dalam di Universitas Brawijaya ini.
Nuansa politis juga tidak sepi didengungkan karena memang tahun 2024 mendatang akan ada pemilihan umum. Hal ini tentu saja membuat tuduhan tersebut mengemuka dan disampaikan beragam kalangan.
“Kami dicurigai memiliki kepentingan tersebut dan dipertanyakan pula bagaimana kiprah sebelumnya,” ungkap dokter Syifa.
Namun, ia menjelaskan bahwa tidak ada kepentingan sesaat yang diburu. Apalagi tujuan pencitraan dan sejenisnya. Karena keberadaan tim telah ada jauh sebelum tragedi Stadion Kanjuruhan terjadi.
Yang dimaksud adalah kiprahnya bersama relawan Covid-19. Dengan demikian, dirinya dapat meyakinkan beragam pihak bahwa perhatian yang diberikan tidak tiba-tiba.
“Tim yang kami miliki dapat menunjukkan bahwa pendampingan yang dilakukan benar-benar tulus dan jauh dari anggapan miring yang dituduhkan,” tegasnya.
Tim yang solid
Dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syaiful Anwar dan beberapa rumah sakit swasta di Malang ini bersyukur. Karena hingga kini dikelilingi puluhan orang yang siap berkhidmat. Tak pernah menanyakan apalagi menuntut keuntungan materi selama mendampingi masyarakat lemah.
“Ada puluhan dokter, perawat, termasuk relawan non-medis yang siap bergerak saat dibutuhkan,” bangganya.
Seperti saat harus mendirikan Posko Crisis Center NU, sudah ada yang menyediakan obat, alat kesehatan, banner, dan lainnya. Belum lagi kalau mereka diminta untuk mengisi daftar piket.
“Spontan semua dengan sukarela memberikan perhatian dan siap bergabung,” ujar dokter Syifa.
Memang tidak serta merta para relawan akan hadir di posko lantaran memiliki kewajiban utama. “Namun saat dibutuhkan, mereka akan segera hadir dan memberikan layanan sesuai keahliannya masing-masing,” ungkapnya.
Dokter Syifa menyadari bahwa ada hikmah dari penyebaran Covid-19 dua tahun lalu. Dirinya akhirnya memiliki tim yang solid dan siap memberikan layanan terbaik.
Di ujung pertemuan, ia menjelaskan bahwa tim akan terus memberikan pendampingan kepada korban dan keluarga tragedi Stadion Kanjuruhan. Karena posko akan dibuka hingga 40 hari ke depan.
Pada saat yang sama, sejumlah catatan dan rekomendasi telah disiapkan untuk disampaikan kepada sejumlah kalangan. Hal tersebut demi memastikan bahwa penanganan tragedi Kanjuruhan benar-benar tuntas.
“Termasuk bagaimana memikirkan masa depan anak yang yatim, kondisi ibu yang kehilangan anak dan sejenisnya,” tandas dokter Syifa.
Menurut dia, dengan melakukan pendampingan lewat Posko Crisis Center NU dan penanganan yang tuntas, para korban dan keluarga dapat hidup normal. “Dan kalau hal tersebut dilakukan, kehadiran NU demikian dirasakan warga,” pungkasnya.
Kontributor: Syaifullah Ibnu Nawawi
Editor: Musthofa Asrori