Dunia Pendidikan Harus Dorong Masyarakat Dhuafa ke Arah Mobilitas Vertikal
Kamis, 23 Januari 2025 | 11:30 WIB
Rais Syuriyah PBNU Prof Muhammad Nuh (tengah) saat sesi Suara Peserta Kongres pada Kongres Pendidikan NU di Hotel Bidakara, Jakarta Pusat pada Kamis (23/1/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah PBNU Prof Muhammad Nuh memaparkan khidmah NU dalam dunia pendidikan harus mendorong masyarakat dhuafa ke arah mobilitas vertikal terutama bagi generasi muda.
"Kita siapkan dunia pendidikan NU ini sebagai pendidikan yang terbaik untuk mendorong dhuafa-dhuafa bisa mengalami mobilitas vertikal," ujarnya dalam sesi Suara Peserta Kongres pada Kongres Pendidikan NU di Hotel Bidakara, Jakarta Pusat pada Kamis (23/1/2025).
Prof Nuh menggambarkan pada 20 tahun mendatang NU akan diisi oleh generasi Y, generasi Z, dan generasi alpha. Ketiganya merupakan generasi yang tergolong ke dalam digital native, yakni generasi yang sebagian besar aspek kehidupannya beririsan dengan teknologi digital. Bahkan, untuk generasi alpha sejak lahir mereka telah akrab dengan penggunaan gawai (gadget).
Namun, realita yang dihadapi saat ini masih banyak gen Z dan gen alpha yang berasal dari golongan masyarakat dhuafa. Kelemahan ekonomi berpotensi menjadi jurang pemisah dengan kemajuan teknologi karena terbatasnya akses masyarakat kalangan bawah dalam perkembangan teknologi yang kian cepat.
Oleh karena itu, Prof Nuh mengimbau agar khidmah-khidmah yang dilakukan dalam naungan NU pada dunia pendidikan harus mendorong generasi muda dhuafa saat ini ke tengah pusaran mobilitas vertikal.
"NU saat ini sedang mengalami mobilitas vertikal, naik. Baik dari sisi intelektual semakin banyak orang-orang NU yang intelektualnya bagus, sosial ekonominya juga bagus, politiknya juga bagus," ungkapnya.
"Kalau khidmah ijtimaiyah ini tidak diperkuat, orang-orang pintar NU akan keluar dari NU," imbuhnya.
Menurut Prof Nuh, realita ini kemudian juga menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik NU untuk terus beradaptasi dengan berbagai perubahan dan inovasi digital.
"Tantangan terbesar dan terberat bagi kita dan dunia pendidikan adalah education for digital native in digital era. Persoalannya, guru-gurunya bukan digital native. Ada frekuensi yang tidak sama," ujarnya.
Ia menganalogikan, "pendidikan berbeda dengan pelatihan, pendidikan itu seperti landasan pacu yang lebih panjang dari pesawatnya. Kalau panjangnya sama (dengan pesawat) itu pelatihan,"
Artinya, pendidikan yang diberikan harus lebih luas dan lebih menyeluruh dengan mengombinasikan pengetahuan masa lalu, realita masa kini, dan inovasi masa depan dari pada sekadar tujuan-tujuan sesaat seperti pencarian kerja belaka.
Senada, Rektor Universitas Islam Malang (UNISMA) Prof Junaidi menyampaikan beberapa program yang dicanangkan oleh kampus didesain untuk mendukung mahasiswa untuk berdaya dan masuk ke tengah mobilitas vertikal sebagai bentuk khidmah.
"Antara lain kami membuat program inkubasi bisnis dan kewirausahaan yang diperkenalkan sejak OSIKA mahasiswa baru," ujar Junaidi.
Ia menyebut kampus memberikan fasilitas berupa pendampingan hingga hibah pendanaan bagi usaha yang digagas mahasiswa yang memenuhi kriteria agar dapat berkembang.