Era Disrupsi, NU Harus Lakukan Percepatan Peningkatan Keterampilan Nahdliyin
Senin, 15 Maret 2021 | 23:30 WIB
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa Muchamad Nabil Haroen mengatakan untuk bisa siap menghadapi era disrupsi teknologi seperti sekarang ini, diperlukan berbagai hal agar bisa meningkatkan kualitas yang dimiliki dari besaran kuantitas itu. (Foto: istimewa)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa Muchamad Nabil Haroen berharap kepada NU sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia untuk terus melakukan berbagai percepatan. Mulai dari pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) hingga peningkatan keterampilan untuk seluruh Nahdliyin.
Menurutnya, NU boleh berbangga lantaran memiliki jumlah warga yang sangat besar. Namun, kebanggaan tersebut tidak boleh berhenti di situ. Untuk bisa siap menghadapi era disrupsi teknologi seperti sekarang ini, diperlukan berbagai hal agar bisa meningkatkan kualitas yang dimiliki dari besaran kuantitas itu.
"Kalau kita melihat jumlah atau kuantitas warga NU yang sedemikian tinggi, bolehlah itu dianggap sebagai keunggulan secara kuantitas. Namun, kita tidak boleh hanya bangga dengan kuantitas yang besar itu, tapi kita harus melakukan berbagai percepatan, pengembangan SDM, dan peningkatan keterampilan,” ungkapnya secara virtual dalam galawicara Disrupsi Teknologi dan Dampak pada Peradaban Global, Senin (15/3).
Meski demikian, ia melihat saat ini Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sudah mengadaptasi berbagai perkembangan teknologi. Salah satunya adalah melakukan pendataan Kartu Tanda Anggota Nahdlatul Ulama (Kartanu) melalui database yang dibuat secara digitalisasi.
"Kemudian PBNU melakukan perkembangan di bidang media. Kebetulan saya ini nasab NU-nya adalah nasab LTN (Lembaga Ta’lif wa Nasyr). Mulai cabang, wilayah, sampai PBNU. Jadi, saya cukup mengerti dan paham apa yang selalu dilakukan PBNU hingga saat ini, sungguh luar biasa," terang Gus Nabil, sapaan akrabnya.
Lebih jauh dari itu, ia juga menyoroti soal diaspora santri di banyak negara dan mengabdi di Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU di berbagai belahan dunia. Hal ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan PBNU secara tepat dan cepat.
"Karena kita (NU) juga memiliki pakar nano teknologi dan artificial intelligence yang ketika nanti mereka kembali ke Indonesia, bisa dimanfaatkan untuk pengabdiannya kepada NU," tutur Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI ini.
Ia juga mengaku terus melakukan pengawalan terhadap Undang-Undang Pesantren sebagai sebuah produk legislasi yang dibanggakan oleh para santri di Indonesia. Pengawalan itu dilakukan agar implementasi di lapangan berjalan dengan baik.
"Namun di luar dari itu, kita memiliki santri yang berdiaspora di banyak negara untuk masuk ke lini-lini pengabdian terhadap negara. Kita juga harus melakukan lobi dan audiensi, mempertemukan antara stakeholder satu dengan stakeholder lain, sehingga bisa menyerap santri-santri yang memiliki keahlian di bidangnya masing-masing. Ini penting untuk dilakukan," ungkap alumnus Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur ini.
Sebab menurutnya, di era disrupsi teknologi seperti sekarang ini, semua orang dituntut untuk bisa bersaing di media sosial. Semua orang berlomba untuk mengemas berbagai produk dan dijual melalui jaringan internet di dunia maya.
Sebagai contoh, beberapa waktu lalu Gus Nabil mengaku pernah bertemu dengan salah seorang penjual madu. Semula, produk tersebut dijual dengan merek Madu Aswaja yang laku hanya berkisar lima hingga sepuluh per hari.
"Tapi ketika diganti namanya menjadi madu rukyah syariah, itu lakunya bisa 100 pcs per hari. Ini merupakan tantangan luar biasa. Kita bisa melihat bagaimana peluang-peluang seperti ini banyak ditangkap oleh pihak lain karena kita kurang banyak mengisi lini yang ada di dunia maya," tuturnya.
"Saya kira PBNU sudah sangat bagus. Tapi warga NU juga harus mengisi ruang yang ada sehingga tidak tercipta ruang kosong. Jadi (diharapkan) ketika kita mencari atau mengklik kata Islam di google, kita ada di halaman-halaman awal," tutup Gus Nabil.
Untuk diketahui, tayangan galawicara yang membahas tentang perkembangan telekomunikasi dan digitalisasi ini merupakan program terbaru TV NU, hasil kerja sama dengan PT Telkom Indonesia. Pada Senin (15/3) adalah kali pertama program ini dilaksanakan dengan mendatangkan tiga narasumber yakni Gus Nabil, Ketua PBNU H Robikin Emhas, dan Komut PT Telkom Indonesia Rhenald Kasali.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan